“Jawabannya - dengan memohon taufik kepada Allah:
Adapun berlipatnya pahala amalan kebaikan sampai sepuluh kali lipat, itu kemestian setiap amalan shalih, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
Adapun berlipatnya pahala lebih dari itu, dan itu yang dimaksud penanya, maka ada sebab-sebabnya:
- Baik itu terkait dengan pelakunya
- Atau terkait amalan itu sendiri
- Atau terkait waktunya
- Atau tempatnya
- dan bekas/ pengaruh amalan tersebut.
(Sebab Pertama: Ikhlash dan Mutaba’ah)
Termasuk dari sebab-sebab terpenting untuk berlipat gandanya pahala: seorang hamba menerapkan ikhlas dalam beribadah kepada Allah dan mengikuti Rasulullah (dalam tatacara beramalnya).
Suatu amalan, jika termasuk yang disyariatkan, diamalkan untuk mencari keridhaan dan pahala-Nya dan hanya niat ini yang memanggilnya dan tujuannya dalam beramal, maka ia menjadikan amalan itu muncul dari (buah) iman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dan ia juga menjadikan penyeru untuk beramal tersebut karena perintah pembuat syari’at dan mencari wajah Allah serta ridha-Nya. Sebagaimana datang makna ini dalam berbagai ayat dan hadits, seperti firman Allah Ta’ala:
Yaitu: orang-orang yang bertakwa kepada Allah dalam amalan mereka dengan ikhlash dan mutaba’ah (mengikuti Rasulullah dalam tatacara beramalnya).
Dan sebagaimana tertera dalam hadits:
Dan keterangan lainnya dari nash-nash (Al-Qur’an dan hadits).
Amal yang sedikit disertai keikhlasan yang sempurna akan memberatkan timbangan yang tidak dicapai martabatnya dalam kekuatan ikhlash (yang tidak sempurna). Oleh karenanya, amalan-amalan yang lahiriah itu bertingkat-tingkat (pahalanya) di sisi Allah dengan sebab bertingkat-tingkatnya apa yang tegak di dalam hati berupa iman dan ikhlash dari yang beramal.
Dan diantara amalan-amalan shalih yang berbeda tingkatannya disebabkan perbedaan tingkatan ikhlas: jika seseorang meninggalkan apa-apa yang disenangi jiwa dari syahwat-syahwat yang diharamkan dengan ikhlash dari hatinya dan bukan karena sesuatu selainnya.
Dan kisah orang-orang (yang terkurung) di dalam goa menjadi saksi untuk itu.[1]
Sesungguhnya Ahlussunnah wal Jama’ah yang murni dan pemilik ilmu yang sempurna lagi terperinci tentang nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya, yang memiliki kekuatan untuk bertemu Allah, amalan-amalan mereka berlipat dengan kelipatan yang besar daripada orang-orang yang tidak semisal mereka dalam iman dan akidah ini. Tidak diraih yang semisalnya, tidak pula mendekatinya.
Oleh sebab ini, generasi salaf dahulu mengatakan:
“Ahlussunnah, jika amalan-amalan mereka mendudukkan mereka(sedikit), akidah-akidah mereka telah menegakkan (amalan)mereka(diterima:pen.).
Sedangkan ahlul bid’ah (pembuat sesuatu yang baru dalam syariat), jika banyak amalan-amalan mereka, akidah-akidah mereka telah melumpuhkan (amalan)mereka (tertolak,pen.).”[2]
Sisi perbedaannya: Ahlussunnah itu mendapat hidayah/ petunjuk sedangkan ahlul bid’ah itu tersesat. Dan suatu yang dimaklumi, perbedaan antara orang-orang yang berjalan di atas jalan lurus dengan orang-orang menyimpang yang berjalan menuju jalur-jalur neraka yang puncaknya: menjadi sesat dan menta’wil (memalingkan lafazh dari makna yang hak kepada makna yang batil).
(Sebab Ketiga: Amalan tersebut sangat bermanfaat bagi Islam dan kaum muslimin)
Dan termasuk dari sebab berlipat-gandanya pahala: amalan yang memberi pengaruh, kecukupan, dan manfaat besar bagi Islam dan kaum muslimin, seperti jihad fi sabilillah: jihad dengan badan, harta, lisan, dan membantah orang-orang yang menyimpang. Sebagaimana Allah Ta’ala telah menyebutkan nafkah untuk orang-orang berjihad dan kelipatannya itu dengan tujuh ratus kali lipat.[3]
Dan termasuk jihad terbesar: menempuh jalan-jalan menuntut ilmu dan mengajar. Sesungguhnya, menyibukkan diri dengan hal itu, bagi yang lurus niatnya, tidak akan mengimbanginya suatu amalan pun. Sebab, terdapat di dalamnya:
- menghidupkan ilmu dan diin,
- membimbing orang-orang yang tidak mengetahui,
- menyeru kepada kebaikan,
- melarang dari kejelekan,
- dan terdapat kebaikan yang banyak padanya yang seluruh hamba-hamba Allah membutuhkannya.
Maka, siapa pun yang menempuh jalan yang ia menuntut ilmu di dalamnya, Allah pasti memudahkan baginya jalan menuju surga. [4]
Dan termasuk diantaranya: proyek-proyek kebaikan untuk menolong kaum muslimin dalam urusan-urusan diin dan dunia mereka, yang manfaat dan kebaikannya dirasakan terus-menerus, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang shahih:
(Sebab Keempat: Mengamalkan sesuatu yang orang lain mengikutinya)
Dan termasuk amalan-amalan yang berlipat pahalanya: amalan yang apabila seorang hamba melakukannya, maka orang lain mengikutinya. Ini juga dilipatkan sesuai dengan pahala yang mengikutinya.[6]
Siapa yang menjadi sebab saudara-saudaranya muslim melakukan suatu amalan, maka tidak diragukan akan menambah pahalanya dengan berlipat-lipat di atas amalan yang dilakukan seseorang namun tidak ada yang mengikutinya. Bahkan itu termasuk amalan yang qosirah (hanya untuk pelakunya).
Oleh karenanya, ulama fikih mengedepankan amalan-amalan yang muta’addiyah(dirasakan manfaatnya oleh orang lain) di atas amalan-amalan yang qosirah(hanya bermanfaat bagi pelakunya).
(Sebab Kelima: Amalan tersebut terkait dengan peristiwa sulit dan bermanfaat besar)
Dan termasuk dari amalan yang dilipatkan pahalanya: jika amalan itu terkait dengan peristiwa yang sulit dan besar manfaatnya seperti penyelamatan dari kebinaasan, menghilangkan bahaya dari orang-orang yang terancam, dan melepaskan orang-orang dari kesulitannya.
Berapa banyak jenis amalan seperti ini menjadi penyelamat seseorang dari adzab dan berhasil memperoleh ganjaran yang besar. Sampai-sampai pada hewan, jika dihilangkan apa yang memudharatkannya maka pahalanya besar. Dan kisah wanita pelacur, yang memberi minum anjing yang hampir mati kehausan kemudian ia diampuni dengannya, menjadi saksi untuk permasalahan itu.[7]
(Sebab Keenam: pelaku amalan itu baik keislaman dan thariqahnya)
Dan termasuk dari amalan yang berlipat ganjarannya: seorang hamba yang baik ke-Islamannya, baik thariqah(jalan)nya, meninggalkan perbuatan dosa, tidak terus-menerus diatas suatu dosa. Amalan-amalan orang yang seperti ini dilipatgandakan sebagaimana datang dalam hadits yang shahih:
(Sebab Ketujuh: Kedudukan pelaku amalan yang tinggi di sisi Allah dan di dalam Islam)
Demikian pula seorang ulama Rabbani, yaitu seorang yang berilmu, beramal, dan mengajarkan ilmu. Kelipatan pahala amalan-amalannya sesuai kedudukannya di sisi Allah. Dan yang semisal mereka ini, jika terjatuh dalam perbuatan dosa maka dosanya lebih besar daripada selain mereka. Sebab, mereka wajib untuk lebih membentengi diri dan lebih bersyukur kepada Allah atas kekhususan nikmat-nikmat Allah bagi mereka.
(Sebab Kedelapan: Bersedekah dari usaha yang halal)
Dan termasuk dari sebab(berlipatnya pahala): bersedekah dari penghasilan yang baik sebagaimana nash-nash telah datang menjelaskan hal tersebut.[8]
Dan permisalan untuk ini sangat banyak, namun ini dhabith(batasan)nya.
Setiapkali perkara-perkara ini lebih kuat (ketika beramal) maka pahalanya lebih banyak. Oleh sebab ini, datang dalam hadits:
Maka shalat dan semisalnya walaupun telah tertunaikan ketika telah didatangkan bentuk dan kewajiban-kewajibannya yang lahir dan yang batin; namun kesempurnaan penerimaan amalan, pahala, tambahan kebaikan, ketinggian derajat, penghapusan dosa-dosa kecil, dan tambahan cahaya iman, itu berdasarkan kehadiran hati dalam beribadah.
Oleh karenanya, termasuk dari sebab-sebab berlipatnya pahala amalan: tercapainya atsar (peninggalan) yang baik dari amalan, yang memberi manfaat kepada hamba, menambah keimanan dan kelembutan hati serta ketenangannya.
Dan tercapainya makna-makna yang terpuji di dalam hati termasuk peninggalan amalan yang baik. Maka sesungguhnya amalan-amalan itu setiap kali telah sempurna, maka bekas-bekasnya (yang baik) di dalam hati adalah sebaik-baik peninggalan. Dan kepada Allah-lah memohon taufik.
Dan diantara mereka:
Sebagaimana, menampakkan amalan terkadang menjadi sebab dilipatgandakan pahala, seperti amalan-amalan yang dijadikan teladan dan ikutan di dalamnya.
Dan termasuk apa yang disepakati antara ulama Rabbani: bahwa bersikap pada setiap waktu dengan kekuatan ikhlash kepada Allah, mencintai kebaikan bagi kaum muslimin bersamaan hati tetap mengingat Allah, ini tidak mengimbanginya suatu amalan pun. Dan pelakunya terdepan dalam setiap keutamaan dan ganjaran serta pahala. Amalan-amalan yang selainnya hanya mengikutinya.
Maka, orang-orang yang ikhlash dan berbuat ihsan serta berdzikir, mereka yang terdepan dari yang terdepan, yang paling dekat kepada surga yang nikmat.
(Walhamdu lillahi rabbil 'alamiin.)