Tampilkan postingan dengan label Amal Shalih. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Amal Shalih. Tampilkan semua postingan

25/05/12

Bersedekahlah walau Sedikit!


Sebagian orang apabila diminta untuk menolong seseorang berujar “Apakah aku wakil bagi Adam (‘alaihissalam) untuk mengurusi anak keturunannya?” Apakah semisal ucapan ini ada keberatan di sisi syariat? Kami mohon penjelasan dan semoga Allah membalas kebaikan kepada kalian.

Asy-Syaikh Ibnu Baz – rahimahullah – menjawab:

“Ungkapan seperti ini tidak ada sisi baiknya dan tidak layak untuk seseorang berkata demikian. Bahkan yang disyariatkan bagi seorang muslim untuk berinfak dari apa yang Allah beri kepadanya walaupun ala kadarnya, sebab Allah Yang Maha Mulia dan Agung berfirman:

آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُم مُّسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَأَنفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ ﴿٧﴾
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar. Q.S. Al-Hadiid: 7.

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنفِقُوا خَيْراً لِّأَنفُسِكُمْ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿١٦﴾
Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dirinya dari kekikiran maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Q.S. At-Taghaabun: 16.

Dan ayat yang semakna ini adalah banyak.

Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wasallam – bersabda:
(( اِتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ ، فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ ))
Berlindunglah dari neraka walau dengan setengah kurma. Siapa yang tidak memiliki maka dengan perkataan yang baik.(Hadits Abu Hurairah, riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

(( مَنْ تَصَدَّقَ بعَدلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ ، وَلاَ يَقْبَلُ اللهُ إِلاَّ الطَّيبَ ، فَإنَّ اللهَ يَقْبَلُهَا بِيَمِينِهِ ، ثُمَّ يُرَبِّيهَا لِصَاحِبِهَا كَمَا يُرَبِّي أحَدُكُمْ فَلُوَّهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الجَبَلِ ))
Siapa yang bersedekah senilai satu buah kurma dari penghasilan yang halal – dan Allah tidak akan menerima (sedekah) kecuali dari yang baik – tidak lain Allah akan menerima dengan tangan kanannya kemudian memeliharanya untuk pemiliknya, sebagaimana salah seorang kalian memelihara anak kudanya, sampai sedekah itu menjadi sebesar gunung. (Hadits Abu Hurairah, Muttafaqun ‘alaih)

Hadits-hadits dalam permasalahan ini banyak.
Maka, disyariatkan bagi setiap mukmin untuk memperbanyak sedekah walau nilainya kecil sehingga ia mendapati pahala di sisi Rabbnya lebih daripada apa yang ia butuhkan. Allahlah semata penolong kepada taufik.

04/03/12

Harta Bermanfaat: dari dan untuk yang Halal

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin - semoga Allah merahmatinya - berkata:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Segala pujian yang sempurna bagi Allah, Rabb alam semesta. Shalawat dan salam atas nabi kita Muhammad – shalallahu ‘alaihi wasallam – penghujung para nabi dan pimpinan orang-orang bertakwa, dan atas keluarga, shahabat, dan yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari Pembalasan.
Amma ba’du
Dalam pertemuan malam ini, Rabu malam, tanggal  empat bulan Rajab tahun 1420 H, saudara kita Taufiq ash-Sha’igh telah mendatangiku untuk pertemuan dengan warga di kompleks pemukimannya dari kalangan ikhwah yang berkecukupan harta dan yang selainnya.
Dengan melihat, yang aku harapkan – insya Allah –, terciptanya kemashlahatan, maka aku hadir. Dan aku memohon kepada Allah untuk menjadikannya pertemuan yang diberkahi.
Saudara-saudara…
Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya yang mulia:
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً ﴿٢٩﴾
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian. Q.S. Al-Baqarah: 29.
Seluruh yang ada di bumi dari tumbuh-tumbuhan, batu-batuan, hasil bumi, dan yang lainnya, Allah telah menciptakannya bagi kita, untuk kebaikan dan kemanfaatan kita.
Dan kita seluruhnya diciptakan untuk tujuan yang satu, yaitu beribadah kepada Allah Ta’ala. Allah Jalla wa ‘Ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾
مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ ﴿٥٧﴾
056. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka mengibadahi-Ku. 057. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Q.S. Adz-Dzaariyyat: 56.

Jika demikian keadaannya, dan itu adalah fakta, maka teruslah kita berjalan di atas sesuatu yang kita ambil manfaat dari ciptaan Allah, sesuai dengan yang Allah syariatkan. Sebab, Allah telah menciptakan kita untuk mengibadahi-Nya. Dan peribadahan kepadanya itu dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Tidak layak bagi kita, orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, untuk tersibukkan dari tujuan penciptaan kita (ibadah) dengan sesuatu yang diciptakan untuk kita. Sebagaimana itu keadaan dari kebanyakan manusia.
Kamu akan mendapati kebanyakan perhatian mereka adalah harta dan bagaimana cara untuk menggapainya. Lalu, ia meraih jalan menuju harta sesuai kehendaknya, bukan berdasarkan apa yang Allah kehendaki darinya secara syar’i.
Dan ia bertindak semaunya dalam penggunaan harta, sesuai dengan keinginannya. Sehingga, ia akan merugi di dunia dan akhirat. Sesungguhnya harta ini, yang kamu berusaha untuk mendapatkannya, pada kenyataannya ia diciptakan untukmu. Lalu bagaimana kamu menjadikan dirimu sebagai pelayan bagi harta itu? Seharusnya, harta itu yang menjadi pelayanmu.
Sesungguhnya harta yang dikumpulkan manusia itu ada tiga jenis:
-          Jenis harta yang diinfakkan di jalan Allah. Yaitu: (digunakan) di dalam apa-apa yang mendekatkan diri kepada Allah. Inilah orang yang mengetahui kadar harta dan menggunakannya untuk  menaati Pelindungnya.
Sebaik-baik harta yang baik adalah yang berada di tangan orang shalih. Dia mengambilnya dari yang halal dan digunakan pada tempatnya yang halal.
-          Jenis yang lain: harta yang dimanfaatkan untuk perkara-perkara yang Allah bolehkan (mubah). Ini, tidak memberi kebaikan dan kejelekan baginya selama tidak ada unsur keharaman dalam mendapatkannya atau penggunaannya.
Maka, seandainya harta itu diperoleh dari yang haram dalam pengambilannya, seperti mendapatkannya dari hasil riba atau perjudia,n semisal asuransi atau dengan penipuan dan manipulasi, ia – harta itu – akan memberi kejelekan dan bukan kebaikan baginya.
Sebagaimana datang dalam hadits bahwa Beliau – shalallahu ‘alaihi wasallam – bersabda:
Jika ia bersedekah dengannya (harta yang haram), maka tidak diterima. Jika memberi nafkah dengannya, tidak diberkahi. Dan apabila ia meninggalkannya (sebagai warisan), itu adalah bekalnya menuju neraka.
Jika ia memperoleh harta dengan jalan yang haram dan mewariskannya, maka harta itu menjadi tanggungan baginya dan pembagian yang berlebih bagi anak-anaknya. Karena suatu kepastian, baik kamu mewariskan harta dan tersisa (harta itu) sepeninggalmu atau kamu kehilangan harta itu ketika hidupmu. Dan itu pasti. Maka, bagaimana kamu mencari harta dengan cara yang haram?
Dan ada jenis ketiga: mencari harta dari jalan yang halal namun menggunakannya untuk sesuatu yang haram. Orang ini selamat dalam cara memperolehnya, namun tidak selamat dalam penggunaannya.
Oleh karenanya, aku katakan: harta itu laksana pedang yang memiliki dua sisi tajam.    Sehingga, seseorang akan ditanya sumber penghasilannya dan penggunaannya.
Hendaknya kita berhati-hati dalam hal ini. Kita berhati-hati dari menghasilkan harta yang haram dan menggunakannya untuk yang haram.
Senikmat-nikmat harta yang baik adalah yang dimiliki orang shalih. Dan sebaik-baik infak harta di masa sekarang ini:
·         Membangun mesjid-mesjid, baik secara individu atau gabungan. Sebab, siapa yang membangun sebuah mesjid, maka Allah akan membangunkan sebuah rumah baginya di surga.
Dan karena mesjid-mesjid itu adalah rumah-rumah Allah – Subhanahu wa Ta’ala yang dilaksanakan di dalamnya berdzikir kepada Allah, shalat, membaca Al-Qur’an, mempelajari ilmu syar’I, tempat tinggal bagi yang tidak memiliki rumah. Maka, seluruh (kegiatan di dalam)nya adalah baik.
Dan (membangun masjid) ini lebih baik daripada wakaf yang dia mewakafkannya kepada keturunannya yang mereka akan berselisih dan bertengkar untuknya di masa yang akan datang. Sebagaimana ini fakta bagi yang meneliti keadaan terkini.
·         Dan yang termasuk darinya, yaitu sebaik-baik penginfakan harta di jaman ini: membangun gedung-gedung yang diwakafkan untuk kepentingan umum, seperti tahfidz (penghafalan) Al-Qur’an, al-jam’iyyah al-khairiyyah (lembaga sosial), dan yang semisalnya.
Karena ini (pahalanya) tetap dan seseorang selamat dari pertanggungjawaban terhadap anak-keturunannya. Dan ia tidak khawatir akan terjadi perselisihan dan sengketa di antara keturunannya.
Terkadang, seorang melihat dengan sudut pandang yang dangkal dan berkata: “Sesungguhnya anak-anak ku yang laki-laki dan perempuan tidak mungkin akan berselisih.”
Akan tetapi, kita katakan: “Siapa yang menggantikan (dalam mengurusi) mereka itu? Yang akan menggantikanmu (dalam mengurusi permasalahan) anak-anak itu dan anak-anak mereka setelahnya, yang kemudian keretakan akan melebar dan terjadi perpecahan serta boikot?” sebagaimana kita telah mengetahui ini dari meneliti (pengalaman).
·         Dan diantaranya:  menginfakkan harta untuk mencetak buku-buku yang populer di antara manusia seperti kitab-kitab tafsir, hadits, tauhid, fikih, dan yang lainnya dari apa-apa yang menopang hal tersebut.
Namun, dalam permasalahan terakhir ini, janganlah ia mencetak suatu kitab kecuali setelah mempresentasikannya kepada ulama yang ahli dalam keilmuan, amalan, ketaatan, dan amanahnya.
·         Dan yang lainnya: memberi infak kepada sanak-kerabatnya. Infak kepada karib-kerabat lebih baik daripada memerdekakan seorang budak.
Salah seorang Ummahatul Mukminin menyebutkan kepada Nabi Muhammad – shalallahu ‘alaihi wasallam – bahwa ia telah memerdekakan seorang budak perempuannya. Nabi – shalallahu ‘alaihi wasallam – pun bersabda:
أَمَا إِنَّكِ لَوْ أَعْطَيْتِهَا أَخْوَالَكِ كَانَ أَعْظَمَ لِأَجْرِكِ
Sesungguhnya, seandainya kamu memberikannya kepada paman-pamanmu, pahalanya itu lebih besar untukmu. (Hadits Maimunah bintu Al-Harits, Muttafaqun ‘alaih)
Beliau – shalallahu ‘alaihi wasallam – mengedepankan silaturrahim (dengan memberikan budak kepada kerabat) di atas memerdekakan budak itu.
Banyak dari manusia sekarang ini – bahkan kebanyakannya – tidak memperhatikan dan bersilaturrahim kepada sanak-kerabatnya, bersamaan Allah telah mewajibkan untuk seseorang itu berwasiat kepada mereka jika ia (wafat) meninggalkan harta.
Allah ‘azza wa Jalla berfirman:
كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِينَ ﴿١٨٠﴾
Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapa dan karib kerabatnya secara ma`ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa. Q.S. Al-Baqarah: 180.

Tidak termasuk dalam ayat yang mulia ini: warisan. Sebab, Allah telah memberikan warisan kepada mereka (ahli waris). Nabi – shalallahu ‘alaihi wasallam – bersabda:
لاَ وَصِيَّةَ لِوَارِثٍ
Tidak ada wasiat bagi ahli waris. (Hadits Abu Umamah al-Bahily, riwayat Ibnu Majah)
·         Dan diantaranya: menginfakkan harta untuk memberi minum, seperti mengadakan mesin-mesin pendingin (water cooler), sumur-sumur, dan yang semisalnya.
Sesungguhnya, ini termasuk apa yang disabdakan Rasul – shalallahu ‘alaihi wasallam -:
مَنْ سَقَى مُسْلِمًا عَلَى ظَمَإٍ سَقَاهُ اللَّهُ مِنَ الرَّحِيقِ الْمَخْتُومِ
Siapa yang memberi minum seorang muslim yang sedang kehausan, Allah pasti akan memberinya minum dari rakhiqum makhtum (minuman khamr murni di surga).
(Hadits Abu Sa’id al-Khudri, riwayat Abu Daud dan al-Baihaqi)

Pahala dan keutamaan yang besar dalam amalan yang ringan.

·         Dan diantaranya: memperbaiki jalan yang sulit melintasinya, seperti adanya galian-galian atau lubang-lubang atau debu atau yang semisalnya. Dan ini termasuk di dalam sabda Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wasallam -:
إمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ  صَدَقَةٌ
Menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.
(Hadits  Abu Hurairah, Muttafaqun ‘alaih)
Makna imathah: yaitu menyingkirkan. Menyingkirkan ganguan dari jalan adalah sedekah.
Dan berbagai jenis kebaikan dan kebajikan yang menggunakan harta itu banyak. Maka, sepantasnya bagi seseorang untuk mengambil bagian di setiap amal kebaikan.
Pada suatu hari, Nabi – shalallahu ‘alaihi wasallam – bersabda:
“Siapa diantara kalian yang mendatangi pagi dengan berdiri (shalat malam)?” Abu Bakr menjawab: “Saya.”
Beliau – shalallahu ‘alaihi wasallam – berkata: “Siapa yang telah menjenguk orang sakit?” Abu Bakr menjawab: “Saya.”
Beliau – shalallahu ‘alaihi wasallam – kembali berkata: “Siapa yang telah memberi makan orang miskin?” Abu Bakr menjawab: “Saya.”
Dan Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wasallam – berkata: “Siapa yang hari ini telah mengikuti (pemakaman) jenazah?” Abu Bakr menjawab: “Saya.”
Beliau – shalallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Tidaklah terkumpul hal-hal tersebut dalam diri seseorang kecuali ia pasti masuk surga.”
Pintu-pintu kebaikan itu banyak.
Dan ketika Nabi – shalallahu ‘alaihi wasallam – menyebutkan tentang pintu-pintu surga, Abu Bakr berkata: “Wahai Rasulullah, tidaklah seseorang masuk ke dalam satu pintu surga dengan darurat – yaitu: suatu hal yang mudah untuk masuk melalui satu pintu. Kemudian, apakah ada seseorang yang dipanggil (untuk masuk) melewati semua pintu-pintu surga itu?”
Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wasallam – menjawab: “Ada. Dan aku berharap kamu termasuk dari mereka.”
Yaitu: di sana ada pintu shalat, pintu sedekah, pintu puasa, pintu jihad….
Sehingga, kebaikan itu banyak – walhamdulillah – dan pintu-pintunya berbilang. Dan hendaknya kita bersemangat untuk mendapat bagian dari setiap pintu itu.
Aku memohon kepada Allah Ta’ala untuk memberikan taufik kepada kami dan kalian untuk (bisa melakukan) ini. Dan semoga Dia menyempurnakan nikmatnya atas kami dan kalian untuk agama Islam dan keamanan negeri. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.





28/02/12

Menegakkan Shalat dengan Lahir dan Batin

Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad as-Salman – semoga Allah merahmatinya – berkata:
“Ketahuilah – semoga Allah memberikan taufik kepada kami dan kepadamu – bahwa shalat adalah tiang agama dan bangunan Islam yang termulia setelah dua kalimat syahadat.
Dan posisinya di dalam agama seperti kedudukan kepala pada jasad. Maka, sebagaimana tidak ada kehidupan bagi yang tidak memiliki kepala, demikian itu pula tidak ada agama bagi yang tidak ada shalat padanya.
Semoga Allah menjadikan kami dan kalian termasuk orang-orang yang menjaga shalat, yang khusyu’ di dalamnya, senantiasa di atasnya dan menegakkannya.
Allah – Jalla wa ‘Ala – berfirman:
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ ﴿٤٥﴾
Dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Q.S. Al-Ankabuut: 45.

Dan Allah yang Maha Mulia berfirman:
الم ﴿١﴾ ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ ﴿٢﴾
 الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ ﴿٣﴾
001. Alif Laam Miim.
002. Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
003. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib dan mendirikan shalat.
Q.S. Al-Baqarah: 1 – 3.

Dan Allah berfirman:
مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ ﴿٣١﴾
Dengan inabah (kembali bertaubat) kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Q.S. Ar-Ruum: 31.
Maka:
·         Inabah adalah kembali kepada Allah.
·         Takwa yaitu mengikuti perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
·         Menegakkan shalat yaitu melaksanakannya sesuai dengan apa yang Allah perintahkan kepadanya.
Allah Jalla wa ‘Ala berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ ﴿١﴾ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ ﴿٢﴾
001. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
002. (yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya,

Sampai dengan firman-Nya:
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ ﴿٩﴾
009. dan orang-orang yang memelihara shalat-shalatnya.
Q.S. Al-Mukminuun: 1 – 9.

Dan Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat shalatku.
(Hadits Malik ibnul Huwairits, riwayat al-Bukhari)

Sehingga, seseorang yang shalat dengan ittiba’ (mengikuti) dan iqtida’ (mencontoh) Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wasallam – sesuai dengan penukilan para ulama yang terdahulu dan terakhir adalah: yang shalatnya terhitung di sisi Allah dari kalangan orang-orang yang menegakkan dan menjaga shalat.
Dan amalan shalat itu memiliki bentuk yang lahiriah dan hakekat batiniah, yang ia (shalat) tidak akan lengkap dan sempurna kecuali dengan menegakkan keduanya.
Adapun bentuk shalat secara lahiriah yaitu: berdiri, membaca (Al-Fatihah atau surat), rukuk, sujud, dan yang semisal itu dari tugas-tugas dalam shalat secara zhahir.
Adapun hakekatnya yang batiniah, seperti: khusyu’, ikhbat (merendahkan diri), hati yang hadir, dan keikhlasan yang sempurna serta merenungi dan memahami makna-makna bacaan (dalam shalat), makna-makna tasbih dan yang semisal itu dari tugas-tugas shalat secara batin.
Maka, bentuk lahiriah shalat adalah pemeliharaan (tugas-tugas) badan dan anggota badan. Adapun batin dari shalat adalah penjagaan (amalan-amalan) hati.
(Iyqazh Ulil Himamil ‘Aliyyah li Ightinamil Ayyaamil Khaliyah, Abdul Aziz as-Salman, hal. 155 – 154)




Sepuluh Kiat Menghapus Dosa

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah – semoga Allah merahmatinya – berkata:
“Dan seorang mukmin, jika ia melakukan suatu kejelekan, maka hukumannya akan terhapus darinya dengan sepuluh sebab:
1.       Ia bertaubat lalu Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya seorang yang bertaubat dari dosa laksana seorang yang tiada berdosa.
2.       Atau ia istighfar (memohon ampunan) kemudian diampuni dosanya.
3.       Atau ia mengamalkan berbagai kebaikan yang menghapus kejelekan-kejelekannya. Sesungguhnya amalan-amalan kebaikan itu menghilangkan amalan-amalan jelek.
4.       Atau saudaranya dari orang mukmin mendoakan kebaikan dan memohonkan ampunan untuknya, ketika ia hidup dan setelah matinya.
5.       Atau mereka (orang-orang mukmin) menghadiahkan kepadanya pahala amalan-amalan mereka yang Allah memberi kemanfataan padanya dengannya(amalan-amalan kebaikan itu, pen).
6.       Atau Nabinya: Muhammad – shalallahu ‘alaihi wasallam – memberi syafaat kepadanya.
7.       Atau Allah memberikan cobaan kepadanya dengan aneka musibah yang menghapus (dosa-dosa kecil) darinya.
8.       Atau Dia mengujinya di alam barzakh (kubur) dan siksaan yang kemudian dihapus (kejelekannya) dengan sebab itu.
9.       Atau Dia mendatangkan ujian padanya di tempat berkumpulnya manusia pada hari Kiamat dengan berbagai perkara menyeramkan yang menghapuskan (dosa-dosa) darinya.
10.   Atau Yang Maha Pemurah merahmatinya.
Maka, siapa yang sepuluh sebab ini luput darinya, janganlah ia menyalahkan kecuali dirinya sendiri! Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam (hadits Qudsi) yang Rasulullah meriwayatkan dari-Nya:
يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا يَلُومَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ
“Wahai hamba-hamba-Ku, tidak lain itu adalah amalan-amalan kalian yang Aku mengitungnya lalu Aku tunaikan (balasannya) kepada kalian. Lalu, siapa yang mendapati kebaikan, hendaknya ia memuji Allah. Dan siapa yang menemui selain itu, maka janganlah ia menyalahkan kecuali dirinya sendiri.” (Hadits Abu Dzar, riwayat Muslim)
(At-Tuhfatul ‘Iraqiyyah fil A’maalil Qalbiyyah, Ibnu Taimiyyah, hal. 64 – 66)

24/02/12

Rangkaian Buah Takwa di Dunia dan Akhirat


Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin – semoga Allah merahmatinya – berkata:
الحمد لله رب العالمين, و الصلاة و السلام على أشرف الأنبياء و المرسلين نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين
 أما بعد:
Wahai saudara-saudaraku seiman, sesungguhnya wasiat Allah kepada hamba-hamba-Nya yang terdahulu dan yang terakhir adalah untuk mereka bertakwa kepada-Nya Subhanahu waTa’ala.

Allah ‘azza wa jalla berfirman:
وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُواْ اللّهَ
وَإِن تَكْفُرُواْ فَإِنَّ لِلّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ وَكَانَ اللّهُ غَنِيّاً حَمِيداً ﴿١٣١﴾
Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir, maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Q.S. An-Nisaa’: 31

Dan itu juga wasiat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kepada ummatnya. Dari Abu Umamah  Shuday bin ‘Ajlan Al-Bahily semoga Allah meridhainya- ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkhotbah di haji Wada’, beliau bersabda:
(( اتَّقُوا ربَّكُمْ, وَصلُّوا خَمْسَكُمْ ، وَصُومُوا شَهْرَكُمْ ، وَأَدُّوا زَكاةَ أَمْوَالِكُمْ ،
وَأَطِيعُوا أُمَرَاءكُمْ تَدْخُلُوا جَنَّةَ رَبِّكُمْ ))
Bertakwalah kepada Rabb kalian, shalatlah lima waktu, berpuasalah pada Ramadhan, tunaikan zakat harta kalian, dan taati pemimpin-pemimpin kalian, kalian akan masuk ke dalam surga Rabb kalian.  HR At-Tirmidzy

Dan Nabi –shalallahu ‘alaihi wasallam jika mengutus seorang pepimpin dalam suatu pasukan, mewasiatkan khusus padanya untuk bertakwa kepada Allah dan mewasiatkan kebaikan kepada kaum muslimin yang bersamanya.

Dan salafus shalih senantiasa saling mewasiati dengan ketakwaan dalam khotbah-khotbah, tulisan-tulisan, dan wasiat-wasiat mereka menjelang wafat.

Umar ibnul Khaththab –semoga Allah meridhainya- menulis kepada anaknya, Abdullah bin Umar –semoga Allah meridhai keduanya-:
“Amma ba’du..Sesungguhnya aku berwasiat untuk kamu bertakwa kepada Allah. Sesungguhnya siapa yang bertakwa pada-Nya, Dia pasti melindunginya. Siapa yang memberi pinjaman pada-Nya(menafkahkan hartanya di jalan Allah), Dia pasti membalasnya. Siapa yang bersyukur kepada-Nya, pasti Dia tambah (nikmat-Nya).”

Dan Ali bin Abi Thalib ketika mewasiati seseorang, ia berkata: “Aku mewasiatimu untuk bertakwa kepada Allah ‘azza wa Jalla yang pasti kamu akan menemui-Nya, tiada penghujung bagimu selain-Nya, dan Dia yang menguasai dunia dan akhirat.”

Dan seorang yang shalih menulis kepada saudaranya –karena Allah Ta’ala-:
“Amma ba’du..Aku berwasiat padamu agar bertakwa kepada Allah yang Dia rahasiamu dalam ketersembunyianmu dan pengawas dalam keterbukaanmu. Maka, jadikanlah Allah kepedulianmu di setiap keadaanmu di malam dan siang hari. Dan takutlah kepada Allah dengan kedekatan-Nya padamu dan kekuasaan-Nya atasmu.

Dan ketahuilah! dengan pandangan-Nya, dirimu tidak akan keluar dari kekuasaan-Nya menuju kekuasaan selain-Nya. Tidak pula keluar dari kepemilikan-Nya menjadi milik selain-Nya. Maka agungkanlah perhatianmu pada-Nya dan perbanyaklah rasa takutmu. Wassalam.”

Makna takwa: seorang hamba menjadikan wiqoyah/ pelindung antara dirinya dan apa yang ia takuti. Dan makna seorang hamba bertakwa kepada Allah: ia mengambil pelindung antara dirinya dengan apa yang ia takut dari kemarahan dan kemurkaan-Nya, dengan menaati-Nya dan menjauh dari memaksiati-Nya.

Dan kami persembahkan kepadamu, wahai saudaraku yang mulia, sebagian ungkapan generasi  pendahulu kita yang shalih dalam penjelasan makna takwa:

Ibnu ‘abbas –semoga Allah meridhai keduanya- berkata: “Orang-orang yang bertakwa adalah yang memperingatkan diri-diri mereka dari Allah dan adzab-Nya.”
Thalq bin hubaib berkata: “Takwa : Engkau beramal dengan menaati Allah, di atas cahaya dari Allah, mengharapkan pahala dari Allah. Dan engkau meninggalkan kemaksiatan kepada Allah, di atas cahaya dari Allah, engkau takut dari adzab Allah.”

Dan Ibnu Mas’ud – semoga Allah Ta’ala meridhainya – berkata tentang firman Allah Ta’ala:
اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ ﴿١٠٢﴾
Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya. Q.S. Ali Imraan: 102.
Beliau berkata: “(yaitu) Dia ditaati maka tidak dimaksiati, diingat maka tidak dilupakan, dan disyukuri maka tidak dikufuri.”

Maka, bersemangatlah wahai saudaraku yang mulia untuk bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Sesungguhnya Dia Subhanahu yang berhak untuk ditakuti, dimuliakan, dan diagungkan di dalam dadamu.

Dan kami persembahkan kepadamu penjelasan faedah-faedah duniawi yang diperoleh dari takwa :

Pertama: Sesungguhnya takwa sebab kemudahan urusan bagi manusia.
Allah Ta’ala berfirman:
 وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْراً ﴿٤﴾
Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. Q.S. Ath-Thalaq: 4.
Dan Allah Ta’ala berfirman:
فَأَمَّا مَن أَعْطَى وَاتَّقَى ﴿٥﴾ وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى ﴿٦﴾ فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى ﴿٧﴾
005. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,
006. dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga),
007. maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Q.S. Al-Lail: 5 – 7.

Kedua: Takwa sebab pelindungan manusia dari kejelekan syaithan.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَواْ إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِّنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُواْ فَإِذَا هُم مُّبْصِرُونَ ﴿٢٠١﴾
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. Q.S. Al-A’raaf: 201.

Ketiga: Takwa sebab untuk membuka berkah dari langit dan bumi.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ ﴿٩٦﴾
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Q.S. Al-A’raaf: 96.

Keempat: Takwa sebab bagi hamba mendapat taufik dalam membedakan antara yang hak dengan kebatilan dan mengenali masing-masingnya.
Allah Ta’ala berfirman:
يِا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إَن تَتَّقُواْ اللّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَاناً وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ ﴿٢٩﴾
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan(pemisah antara hak dan batil). Q.S. Al-Anfaal: 29.
Dan Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِن رَّحْمَتِهِ وَيَجْعَل لَّكُمْ نُوراً تَمْشُونَ بِهِ ﴿٢٨﴾
Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan. Q.S. Al - Hadiid: 28.

Kelima: Takwa sebab keluar dari kesulitan dan tercapainya rezeki serta keluasan bagi orang yang bertakwa dari arah yang tidak disangka.
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجاً ﴿٢﴾ وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ﴿٣﴾
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Q.S. Ath-Thalaq: 2 – 3.

Keenam: Takwa sebab untuk menggapai kewalian(kedekatan kepada Allah), wali-wali Allah adalah orang-orang yang bertakwa.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
إِنْ أَوْلِيَآؤُهُ إِلاَّ الْمُتَّقُونَ ﴿٣٤﴾
Tidak lain wali-walinya hanyalah orang-orang yang bertakwa. Q.S. Al-Anfaal: 34.
Dan Allah Ta'ala berfirman:
وإِنَّ الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ ﴿١٩﴾
Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari (siksaan) Allah. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa. Q.S. Al-Anfaal: 19.

Ketujuh: Takwa sebab hilangnya rasa takut dari kejelekan dan muslihat orang-orang kafir.
Allah Ta’ala berfirman:
وَإِن تَصْبِرُواْ وَتَتَّقُواْ لاَ يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئاً ﴿١٢٠﴾
Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Q.S. Ali-Imraan: 120.

Kedelapan: Takwa sebab turunnya bantuan dari langit ketika dalam kesempitan dan bertemu musuh.
Allah Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللّهُ بِبَدْرٍ وَأَنتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُواْ اللّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ﴿١٢٣﴾ إِذْ تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَن يَكْفِيكُمْ أَن يُمِدَّكُمْ رَبُّكُم بِثَلاَثَةِ آلاَفٍ مِّنَ الْمَلآئِكَةِ مُنزَلِينَ ﴿١٢٤﴾ بَلَى إِن تَصْبِرُواْ وَتَتَّقُواْ وَيَأْتُوكُم مِّن فَوْرِهِمْ هَـذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُم بِخَمْسَةِ آلافٍ مِّنَ الْمَلآئِكَةِ مُسَوِّمِينَ ﴿١٢٥﴾
123. Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.
124. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mu'min: "Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?"
125. ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda. Q.S. Ali – Imraan: 123 – 125.
Dan dengan turunnya bantuan, akan mendapat kabar gembira dan ketenangan hati serta memperoleh pertolongan dari yang Maha Perkasa lagi Maha Hikmah.
Allah berfirman setelahnya:
وَمَا جَعَلَهُ اللّهُ إِلاَّ بُشْرَى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُم بِهِ وَمَا النَّصْرُ إِلاَّ مِنْ عِندِ اللّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ ﴿١٢٦﴾
Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan) mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Q.S. Ali – Imraan: 126.

Kesembilan: Takwa sebab tiadanya permusuhan dan gangguan dari hamba-hamba Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ﴿٢﴾
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Q.S. Al – Maidah: 2.
Dan Allah Ta’ala berfirman di dalam kisah Maryam:
فَاتَّخَذَتْ مِن دُونِهِمْ حِجَاباً فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَراً سَوِيّاً ﴿١٧﴾ قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَن مِنكَ إِن كُنتَ تَقِيّاً ﴿١٨﴾
017. maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.
018. Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa". Q.S. Maryam: 17 – 18.

Kesepuluh: Takwa sebab pengagungan syiar-syiar Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
ذَلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ ﴿٣٢﴾
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi`ar-syi`ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. Q.S. Al - Hajj: 32.

Kesebelas: Takwa sebab untuk perbaikan amalan dan diterimanya serta sebab pengampunan dosa.
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً ﴿٧٠﴾ يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً ﴿٧١﴾
070. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,
071. niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. Q.S. Al-Ahzaab: 70 – 71.
Kedua belas: Takwa sebab merendahkan suara di sisi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, baik ketika hidupnya atau setelah wafatnya di sisi makamnya.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَاتَهُمْ عِندَ رَسُولِ اللَّهِ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَى ﴿٣﴾
Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Q.S. Al – Hujuraat: 3.
Para ulama berkata: makruh mengangkat suara di sisi makam Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana di-makruh-kan ketika hidupnya karena beliau senantiasa dimuliakan ketika hidup dan di dalam kuburnya –shalallahu ‘alaihi wasallam.

Ketiga belas:  Takwa sebab meraih cinta dari Allah ‘Azza wa Jalla.
Dan cinta ini didapat di dunia sebagaimana diperoleh di akhirat, sebagaimana rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda di dalam hadits qudsy, dari Allah ‘Azza wa Jalla:
(( مَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدي بشَيءٍ بِأَفْضَلَ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقرَّبُ إلَيَّ بالنَّوافِلِ حَتَّى أحِبَّهُ ، فَإذَا أَحبَبتُهُ كُنْتُ سَمعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ ، ويَدَهُ الَّتي يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشي بِهَا ، وَإنْ سَأَلَني أعْطَيْتُهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيذَنَّهُ )) رواه البخاري .
Tidaklah hamba-Ku bertaqarrub(mendekatkan diri) kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih utama daripada sesuatu yang Aku wajibkan atasnya. Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku hingga aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang ia mendengar dengannya,  pandangannya yang ia melihat dengannya, tangannya yang …dengannya, kakinya yang ia berjalan dengannya. Dan sungguh, jika ia meminta kepada-Ku maka benar-benar Aku akan memberinya, dan sungguh jika ia berlindung kepada-Ku maka Aku akan melindunginya.” H.R. Bukhari.
Allah Ta’ala berfirman:
بَلَى مَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ وَاتَّقَى فَإِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ ﴿٧٦﴾
(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. Q.S. Ali Imraan: 76.

Keempat belas: Takwa sebab mencapai ilmu dan menghasilkannya.
Allah Ta’ala berfirman:
وَاتَّقُواْ اللّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللّهُ ﴿٢٨٢﴾
Dan bertakwalah kepada Allah; Allah akan mengajarmu. Q.S. Al-Baqarah: 282.

Kelima belas: Takwa penyebab kuat untuk mencegah pelakunya dari penyimpangan dan kesesatan setelah Allah karunia hidayah atasnya .
Allah Ta’ala berfirman:
وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيماً فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿١٥٣﴾
Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa. Q.S. Al-An’aam: 153.

Keenam belas: Takwa sebab tercapainya rahmat Allah. Dan rahmat ini terjadi di dunia sebagaimana terjadi di akhirat pula.
Allah Ta’ala berfirman:
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَـاةَ وَالَّذِينَ هُم بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ ﴿١٥٦﴾
Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami. Q.S. Al-A’raaf: 156.

Ketujuh belas: Takwa sebab meraih kebersamaan Allah yang khusus.
Kebersamaan Allah dengan hamba-hamba-Nya terbagi dua bagian:
-          Kebersamaan yang umum yaitu meliputi seluruh hamba-hamba-Nya dengan pendengaran, penglihatan, dan ilmu-Nya.
Allah -Maha Suci Dia- mendengar, melihat, dan mengetahui segala keadaan hamba-hamba-Nya.
Allah Ta’ala berfirman:
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ ﴿٤﴾
Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Q.S. Al-hadiid: 4.

Dan Allah Ta’ala berfirman:

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَا يَكُونُ مِن نَّجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَى مِن ذَلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ﴿٧﴾
Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di manapun mereka berada. Q.S. Al-Mujaadilah: 7.

-          Adapun kebersamaan yang kedua yaitu kebersamaan yang khusus, yang mencakup pertolongan, bantuan, dan penyelamatan.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا ﴿٤٠﴾
Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita. Q.S. At-Taubah: 40.

Dan Allah Ta’ala berfirman:
قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى ﴿٤٦﴾
Allah berfirman: "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat". Q.S. Thaaha: 46.

Dan tiada keraguan bahwa kebersamaan-Nya yang khusus diberi kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa.

Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَواْ وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ ﴿١٢٨﴾
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Q.S. An-Nahl: 128.
Dan Allah Ta’ala berfirman:
وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ ﴿١٩٤﴾
Dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa. Al-Baqarah: 194.


Kedelapan belas: Balasan yang baik diperuntukkan bagi orang-orang bertakwa.
Allah Ta’ala berfirman:
وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٢٨﴾
Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa. Q.S. Al-A'raaf: 128.
Dan Allah Ta’ala berfirman:
هَذَا ذِكْرٌ وَإِنَّ لِلْمُتَّقِينَ لَحُسْنَ مَآبٍ ﴿٤٩﴾
Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik. Q.S. Shaad: 49.
فَاصْبِرْ إِنَّ الْعَاقِبَةَ لِلْمُتَّقِينَ ﴿٤٩﴾
Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa. Q.S. Huud: 49.

Kesembilan belas: Takwa sebab mendapatkan kabar gembira dalam kehidupan dunia, baik melalui mimpi yang baik tentangnya, atau dengan kecintaan dan pujian manusia kepadanya.
Allah Ta’ala berfirman:
الَّذِينَ آمَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ ﴿٦٣﴾ لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَياةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ ﴿٦٤﴾
063. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.
064. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Q.S. Yunus: 63 – 64.
Al-Imam Ahmad berkata: dari Abu Darda’ dari Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dalam firman Allah Ta’ala:
﴿ لَهُمُ الْبُشْرَى
Bagi mereka berita gembira
Beliau bersabda: “(yaitu) Mimpi yang baik yang ia melihatnya(sendiri) atau dimimpikan untuknya.”
Dan dari Abu Dzar Al-Ghifary –semoga Allah meridhainya- ia berkata: Wahai Rasulullah, seseorang beramal dan orang-orang menyanjung dan memujinya? Rasulullah bersabda:
« تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِنِ »
Itu adalah kabar gembira yang disegerakan bagi orang beriman. H.R. Muslim

Kedua puluh: Jika wanita muslimah mengambil sebab-sebab takwa yang termasuk di dalamnya adalah tidak melembut-lembutkan suara maka itu menjadi sebab untuk orang-orang yang di hati-hati mereka ada penyakit tidak berkeinginan jelek kepada mereka.
Allah Ta’ala berfirman:
يَا نِسَاء النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ النِّسَاء إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلاً مَّعْرُوفاً ﴿٣٢﴾
Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik. Q.S. Al-Ahzaab: 32.

Keduapuluh satu: Takwa sebab untuk tidak sewenang-wenang dalam berwasiat.
Allah Ta’ala berfirman:
كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةَ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِيْنَ بِالْمَعْرُوْفِ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِيْنَ ﴿١٨٠﴾
Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapa dan karib kerabatnya secara ma`ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa. Q.S. Al-Baqarah: 180.

Keduapuluh dua: Takwa sebab pemberian mahar yang wajib kepada wanita yang ditalak/ dicerai.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلِلْمُطَلَّقَاتِ مَتَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ حَقّاً عَلَى الْمُتَّقِينَ ﴿٢٤١﴾
Kepada wanita-wanita yang diceraikan (hendaklah diberikan oleh suaminya) mut`ah menurut yang ma`ruf, sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang yang takwa. Q.S. Al-Baqarah: 241.

Keduapuluh tiga: Takwa menjadikan pahala tidak tersia-sia di dunia dan akhirat.
Allah Ta’ala berfirman –setelah menganugerahi Yusuf ‘alaihis salam dengan mengumpulkannya dengan saudara-saudaranya – :
قَالُواْ إِنَّهُ مَن يَتَّقِ وَيِصْبِرْ فَإِنَّ اللّهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ ﴿٩٠﴾
Sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Q.S. Yusuf: 90.

Keduapuluh empat: Takwa sebab untuk mendapatkan hidayah.
Allah Ta’ala berfirman:
الم ﴿١﴾ ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ ﴿٢﴾
001. Alif Laam Miim.
002. Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. Q.S. Al-Baqarah 1 – 2.

Yang Kedua: Faedah-faedah yang diperoleh dari takwa di akhirat kelak:

Pertama: Takwa sebab pemuliaan di sisi Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ ﴿١٣﴾
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Q.S. Al-Hujuraat: 13.

Kedua: Takwa sebab keberhasilan dan kemenangan.
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ ﴿٥٢﴾
Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan. Q.S. An-Nuur: 52.

Ketiga: Takwa sebab keselamatan dari adzab Allah pada hari kiamat.
Allah Ta’ala berfirman:
وَإِن مِّنكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْماً مَّقْضِيّاً ﴿٧١﴾ ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوا وَّنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيّاً ﴿٧٢﴾
071. Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.
072. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut. Q.S. Maryam: 71 – 72.

Dan Allah Ta’ala berfirman:
وَسَيُجَنَّبُهَا الْأَتْقَى ﴿١٧﴾
Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu.
Q.S. Al-Lail: 17.

Keempat: Takwa sebab diterimanya amalan.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ ﴿٢٧﴾
Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.
Q.S. Al-Maidah: 27.

Kelima: Takwa sebab untuk mewarisi surga.
Allah Ta’ala berfirman:
تِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي نُورِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَن كَانَ تَقِيّاً ﴿٦٣﴾
Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa.
Q.S. Maryam: 63.

Keenam: bagi orang-orang bertakwa tempat-tempat  yang tinggi di surga, yang dibangun di atasnya tempat-tempat yang tinggi.
Allah Ta’ala berfirman:
لَكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ غُرَفٌ مِّن فَوْقِهَا غُرَفٌ مَّبْنِيَّةٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
وَعْدَ اللَّهِ لَا يُخْلِفُ اللَّهُ الْمِيعَادَ ﴿٢٠﴾
Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya mereka mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya. Q.S. Az-Zumar: 20.

Dan di dalam hadits:
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَغُرَفًا يُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا
Sesungguhnya di dalam surga ada tempat-tempat yang tinggi, orang yang di dalamnya bisa melihat yang diluar, dan yang diluar mampu melihat yang di dalamnya.

Seorang Arab pedalaman berkata: “Untuk siapa tempat-tempat itu wahai Rasulullah?”
Beliau –shalallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
لِمَنْ أَطَابَ الْكَلَامَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ
Bagi seseorang yang baik dalam perkataan, memberi makan (yang membutuhkan), dan bagi yang shalat malam ketika orang-orang sedang tidur. (H.R. At-Tirmidzy, dihasankan Asy-Syaikh al-Albany dalam shahih sunan At-Tirmidzy)

Ketujuh: mereka dengan sebab ketakwaan berada di atas orang-orang kafir pada hari kiamat, di tempat berkumpul dan tempat kembalinya mereka.
Mereka menetap di derajat yang paling tinggi.

Allah Ta’ala berfirman:
زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُواْ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَالَّذِينَ اتَّقَواْ فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
وَاللّهُ يَرْزُقُ مَن يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ ﴿٢١٢﴾
Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas. Q.S. Al-Baqarah: 212.


Kedelapan: Takwa sebab untuk masuk surga karena ia dipersiapkan untuk orang-orang yang bertakwa.

 Allah Ta’ala berfirman:

وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Q.S. Ali-Imraan: 133.


Dan Allah Ta’ala berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ آمَنُواْ وَاتَّقَوْاْ لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلأدْخَلْنَاهُمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ ﴿٦٥﴾
Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami hapus kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka ke dalam surga yang penuh kenikmatan.
Q.S. Al-Maaidah: 65.

Kesembilan: Takwa sebab penghapusan dosa-dosa kecil dan pengampunan dari kesalahan-kesalahan.

Allah Ta’ala berfirman:
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْراً ﴿٥﴾
Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya. Q.S. Ath-Thalaq: 5.

Dan Allah Ta’ala berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ آمَنُواْ وَاتَّقَوْاْ لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ ﴿٦٥﴾
Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa,
tentulah Kami hapus kesalahan-kesalahan mereka.
Q.S. Al-Maaidah: 65.

Kesepuluh: Takwa sebab untuk Meraih Apa yang Menyenangkan Jiwa dan Menyedapkan Pandangan.

Allah Ta’ala berfirman:
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ لَهُمْ فِيهَا مَا يَشَآؤُونَ كَذَلِكَ يَجْزِي اللّهُ الْمُتَّقِينَ ﴿٣١﴾
(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. Q.S. An-Nahl: 31.

Kesebelas: Takwa sebab Hilangnya Rasa Takut dan Kesedihan serta tidak Menyentuh Kejelekan pada Hari Kiamat.

Allah Ta’ala berfirman:
وَيُنَجِّي اللَّهُ الَّذِينَ اتَّقَوا بِمَفَازَتِهِمْ لَا يَمَسُّهُمُ السُّوءُ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿٦١﴾
Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka, mereka tiada disentuh oleh azab (neraka dan tidak pula) mereka berduka cita. Q.S. Az-Zumar: 61.

Dan Allah Ta’ala berfirman:
أَلا إِنَّ أَوْلِيَاء اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿٦٢﴾ الَّذِينَ آمَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ ﴿٦٣﴾
062. Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
063. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Q.S. Yunus: 62 – 63.


Kedua belas: Mereka (orang-orang yang bertakwa) akan dikumpulkan kepada-Nya pada hari Kiamat dalam keadaan wafd.

Dan al-wafd adalah orang-orang utusan yang datang dengan berkendaraan. Dan ini sebaik-baik pengutusan.

Allah Ta’ala berfirman:
يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقِينَ إِلَى الرَّحْمَنِ وَفْداً ﴿٨٥﴾
(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. Q.S. Maryam: 85.


Ibnu Katsir berkata (dalam tafsirnya):
“Dari Nu’man bin Sa’id,  ia berkata: Kami dahulu duduk di sisi Ali – semoga Allah meridhainya -, kemudian ia membaca ayat ini:
يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقِينَ إِلَى الرَّحْمَنِ وَفْداً ﴿٨٥﴾
(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. Q.S. Maryam: 85.

Ia (Ali) berkata: “Sekali-kali tidak, demi Allah, mereka (orang-orang yang bertakwa) tidak dikumpulkan dengan berjalan kaki. Dan wafd(utusan) itu tidak diutus dengan berjalan kaki. Namun, (mereka orang-orang bertakwa diutus) dengan unta-unta yang tidak satu makhluk pun pernah melihat yang semisalnya. Di  atasnya terdapat muatan-muatan dari emas. Mereka mengendarainya sampai mereka mengetuk pintu-pintu surga.

Ketiga belas: Jannah (surga) akan mendekat kepada mereka.

Allah Ta’ala berfirman:
وَأُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِينَ ﴿٩٠﴾
Dan (di hari itu) didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertakwa.
Q.S. Asy-Syua’ara: 90.


Dan Allah Ta’ala berfirman:
وَأُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِينَ غَيْرَ بَعِيدٍ ﴿٣١﴾
Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). Q.S. Qaaf: 31.
Keempat belas: Ketakwaan mereka sebab Tidak disamakannya Mereka dengan Orang-orang Fajir dan Kafir.
Allah Ta’ala berfirman:
أَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِينَ كَالْفُجَّارِ ﴿٢٨﴾
Apakah patut untuk Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat? Q.S. Shaad: 28.

Kelima belas: Seluruh pertemanan dan persahabatan karena selain Allah akan berbalik menjadi permusuhan pada hari Kiamat, kecuali persahabatan antara orang-orang yang bertakwa.

Allah Ta’ala berfirman:
الْأَخِلَّاء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ ﴿٦٧﴾
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. Q.S. Az-Zukhruuf: 67.


Keenam belas: Mereka (orang-orang bertakwa) akan mendapatkan kedudukan yang aman, taman-taman, mata air, dan seterusnya, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي مَقَامٍ أَمِينٍ ﴿٥١﴾ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ ﴿٥٢﴾ يَلْبَسُونَ مِن سُندُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُّتَقَابِلِينَ ﴿٥٣﴾ كَذَلِكَ وَزَوَّجْنَاهُم بِحُورٍ عِينٍ ﴿٥٤﴾ يَدْعُونَ فِيهَا بِكُلِّ فَاكِهَةٍ آمِنِينَ ﴿٥٥﴾ لَا يَذُوقُونَ فِيهَا الْمَوْتَ إِلَّا الْمَوْتَةَ الْأُولَى وَوَقَاهُمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ ﴿٥٦﴾
051. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman,
052. (yaitu) di dalam taman-taman dan mata-air-mata-air;
053. mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan,
054. demikianlah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari.
055. Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran),
056. mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. Dan Allah memelihara mereka dari azab neraka. Q.S. Ad-Dukhaan: 51 – 56.

Ketujuh belas: bagi mereka tempat yang menyenangkan di sisi Allah Yang Maha Kuasa.

Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ ﴿٥٤﴾ فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِندَ مَلِيكٍ مُّقْتَدِرٍ ﴿٥٥﴾
054. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai,
055. di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa. Q.S. Al-Qamar: 54 – 55.

Kedelapan belas: Takwa sebab Mendapatkan Aneka Macam Sungai (di surga).

Ini sungai yang berasal dari air yang tidak berubah rasa dan baunya. Dan itu sungai dari susu yang tidak pernah berubah rasanya. Dan yang lain berasal dari khamr yang lezat bagi yang meminumnya.

Allah Ta’ala berfirman:
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِّن مَّاء غَيْرِ آسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِن لَّبَنٍ لَّمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِّنْ خَمْرٍ لَّذَّةٍ لِّلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِّنْ عَسَلٍ مُّصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاء حَمِيماً فَقَطَّعَ أَمْعَاءهُمْ ﴿١٥﴾
Perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka. Q.S . Muhammad: 15.


Dan di dalam hadits, Nabi – shalallahu ‘alaihi wasallam – bersabda:
فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَسَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ
Jika kalian meminta kepada Allah, maka mintalah surga Firdaus kepada-Nya. Sesungguhnya ia (surga firdaus) berada di pertengahan dan tempat tertinggi di surga. Di atasnya adalah Arsy dari Yang Maha Pemurah dan darinya mengalir sungai-sungai surga. (Hadits Abu Hurairah, riwayat al-Bukhari)

Kesembilan belas: Takwa sebab untuk berjalan-jalan di bawah pepohonan surga dan bersenang-senang di bawah naungannya.

Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي ظِلَالٍ وَعُيُونٍ ﴿٤١﴾ وَفَوَاكِهَ مِمَّا يَشْتَهُونَ ﴿٤٢﴾ كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئاً بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿٤٣﴾
041. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam naungan (yang teduh) dan (di sekitar) mata-mata air.
042. Dan (mendapat) buah-buahan dari (macam-macam) yang mereka inginkan.
043. (Dikatakan kepada mereka): "Makan dan minumlah kamu dengan enak karena apa yang telah kamu kerjakan". Q.S. Al-Mursalaat: 41 – 43.

Dan dari Anas bin Malik – semoga Allah meridhainya – dia berkata: “Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wasallam – bersabda:
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ شَجَرَةً يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي ظِلِّهَا مِائَةَ عَامٍ لاَ يَقْطَعُهَا
Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah pohon,
yang seorang pengendara melalui di bawah naungannya selama seratus tahun,
ia belum melewatinya.
(Hadits Abu Hurairah, Muttafaqun ‘alaih)

Kedua puluh: Berita gembira di akhirat bagi mereka (yang bertakwa) bahwa kedahsyatan (kiamat) yang sangat besar tidak akan menyedihkan mereka dan para malaikat akan menemui mereka.

Allah Ta’ala berfirman:
أَلا إِنَّ أَوْلِيَاء اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿٦٢﴾ الَّذِينَ آمَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ ﴿٦٣﴾ لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَياةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ لاَ تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ﴿٦٤﴾
062. Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
063. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.
064. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. Q.S. Yunus: 62 – 64.

Ibnu Katsir – semoga Allah merahmatinya – berkata: “Adapun berita gembira bagi mereka di Akhirat, maka sebagaimana firman-Nya Ta’ala:
لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الْأَكْبَرُ وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ ﴿١٠٣﴾
Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata): "Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu". Q.S. Al-Anbiyaa’: 103.

Keduapuluh satu: Orang-orang bertakwa akan mendapatkan sebaik-sebaik tempat.

Allah Ta’ala berfirman:
وَقِيلَ لِلَّذِينَ اتَّقَوْاْ مَاذَا أَنزَلَ رَبُّكُمْ قَالُواْ خَيْراً لِّلَّذِينَ أَحْسَنُواْ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الآخِرَةِ خَيْرٌ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ ﴿٣٠﴾
Dan sesungguhnya negeri akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa. Q.S. An-Nahl: 30.

Keduapuluh dua: Pahala dan kebaikan orang-orang bertakwa akan dilipatgandakan.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِن رَّحْمَتِهِ وَيَجْعَل لَّكُمْ نُوراً تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٢٨﴾
Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian  - yaitu: pahala dua kali lipat - , dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Q.S. Al-Hadiid: 28.








 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes