عن ابْنِ عُمَرَ قال : صعد رسول الله صلى الله عليه و سلم المنبر فنادى بصوت رفيع فقال )) يَا مَعْشَرَ مَنْ قَدْ أَسْلَمَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يُفْضِ الْإِيْمَانُ إِلَى قَلْبِهِ لَا تُؤْذُوا الْمُسْلِمِيْنَ وَلَا تُعِيْرُوهُمْ وَلَا تَتبِعُوْا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنهُ مَنْ تَتَبِعْ عَوْرَةَ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ تَتَبعَ اللهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ تَتَبعَ اللهُ عَوْرَتَهُ يُفَضِحْهُ وَلَوْ فِيْ جَوْفِ رَحُلِة (( رواه الترمذي
(قال الشيخ الألباني في صحيح الجامع13945: ( صحيح ), و هو في الصحيح المسند 1/493)
Dari Ibnu ‘Umar –semoga Allah meridhai keduanya- ia berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam naik ke atas mimbar lalu menyeru dengan suara tinggi, maka Beliau bersabda:
((Wahai orang-orang yang telah ber-Islam dengan lisannya dan belum masuk iman ke dalam hatinya….janganlah kalian mengganggu muslim yang lain, janganlah kalian mencela dan membuka aurat-aurat(aib-aib) mereka. Maka sesungguhnya barangsiapa mencari-cari aurat(aib) saudaranya yang muslim, pasti Allah mencari-cari auratnya. Dan barangsiapa yang Allah cari-cari auratnya maka pasti Dia akan membuka(memperlihatkan) kesalahan-kesalahannya walaupun itu di dalam rumahnya.))
HR At-Tirmidzy
Hadits yang agung ini mengandung faedah-faedah penting diantaranya:
1. Hukum asal dari seorang muslim yaitu ‘adalah (bertakwa). Tidak boleh bagi kita berprasangka buruk, memata-matai, terlebih mencari-cari kesalahan dan aib mereka. Jika tampak dari mereka sesuatu maka itu yang dihukumi. Jika tidak tampak maka tidak boleh berprasangka buruk kepada seorang muslim.
2. Allah tidak membebankan pada kita untuk mencari-cari keadaaan seseorang dan meneliti perihal perilaku mereka yang tersembunyi.
3. Tiada yang ma’shum (terlindung dari dosa) kecuali para rasul, bahkan para ulama terjatuh dalam kesalahan dan perbuatan dosa. Oleh karenanya, tidak layak bagi seseorang untuk mencari-cari kesalahan kaum muslimin, sedangkan ia sendiri memiliki banyak kesalahan yang tampak atau tersembunyi. Bahkan sepantasnya bagi seseorang yang mengetahui kesalahan orang lain untuk ia menasehati dan memperbaikinya. Adapun menyebarkan kesalahannya adalah menambah penyakit dengan penyakit, tidak menyembuhkan dan memperbaiki kesalahan tersebut.
4. Balasan sesuai dengan jenis amalan. Seseorang yang mencari-cari dan membuka aib seseorang maka Allah akan membuka aibnya walaupun itu di dalam rumahnya yang ia merasa aman dan tenang di dalamnya.
5. Membuka aib seseorang termasuk ghibah/ menggunjing yang diharamkan.
(Syarh Ath-Thahawiyah Al-Fauzan, . Majalah Al-Majma’ Alfiqhy Al-Islamy, Syarh Ryadhish Shalihin Al-‘Utsaimin, Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah ‘Athiyah Muhammad Salim)
0 comments:
Posting Komentar