وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ
آمَنُوا لَوْ كَانَ خَيْراً مَّا سَبَقُونَا إِلَيْهِ وَإِذْ لَمْ يَهْتَدُوا بِهِ
فَسَيَقُولُونَ هَذَا إِفْكٌ قَدِيمٌ ﴿١١﴾
Dan orang-orang kafir
berkata kepada orang-orang yang beriman: "Kalau sekiranya dia (Al Qur'an)
adalah suatu yang baik, tentulah mereka (orang mukmin) tiada mendahului kami
(beriman) kepadanya.” Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya maka
mereka akan berkata: "Ini adalah dusta yang lama(sejak dahulu)". Q.S. Al-Ahqaaf: 11.
Mutiara Hikmah dan Faedah:
1.
Kesombongan dan ‘ujub adalah
penghalang dari menerima dan tunduk kepada kebenaran.
2.
Kebodohan terhadap sesuatu berbuah
pendustaan terhadap sesuatu tersebut.
3.
Sifat suka berbangga-bangga dan
meremehkan orang yang lebih rendah status sosialnya mengantarkan kepada
penyimpangan dan penentangan atas kebenaran.
Orang-orang kafir
dari Yahudi dan Nashara merasa lebih mulia daripada orang-orang mukmin sehingga
tidak mau menerima kebenaran yang datang dalam Al-Qur’an. Mereka menganggap
kitab suci mereka yang tidak otentik lagi lebih baik daripada Al-Qur’an yang
terjaga sampai akhir zaman.
Adapun orang-orang
musyrik menghinakan dan merendahkan orang-orang mukmin yang kebanyakannya dari
golongan orang-orang fakir sehingga mereka menganggap tidak mungkin orang-orang
yang rendah itu lebih mengetahui kebenaran dan mendahului mereka dalam
mengikuti dan mengamalkannya.
4.
Ketidaktahuan bukan ilmu yang
dijadikan sandaran dalam berakidah dan berperilaku. Lihatlah bagaimana
orang-orang kafir dari kalangan ahlul kitab dan musyrikin ketika tidak bisa
memahami Al-Qur’an mereka menudingnya sebagai kedustaan dan menetapkan bahwa
apa yang mereka yakini dan amalkan selama ini adalah kebenaran!
5.
Seseorang yang tidak mampu melakukan
sesuatu terkadang mencelanya untuk menutup-nutupi kelemahan dirinya. Hal ini
sangat jelas dari lisan mereka yang mendustakan kebenaran dan tidak mampu mengamalkannya
baik karena kebodohan ataupun kesombongan yang berasal dari syubhat dan
syahwat yang menguasai jiwa-jiwa mereka.
6.
Ibnu Katsir menerangkan dalam
tafsirnya: “Adapun Ahlussunnah wal Jama’ah mengatakan dalam setiap perbuatan
dan perkataan yang tidak tsabit dari para Shahabat: Itu bid’ah! Sebab sekiranya hal itu adalah suatu hal yang baik tentulah
mereka benar-benar telah mendahului kita dalam mengamalkannya dikarenakan
mereka tidak melihat suatu kebaikan kecuali pasti berlomba-lomba dalam
mengamalkannya.”
(Sumber Rujukan: Al-Jaami’ li Ahkaamil Qur’an, Al-Qurthubi; Tafsir
Al-Qur’anil Azhim, Ibnu Katsir; Zaadul Masir, Ibul Jauzi; Taisirul
Karimir Rahman, As-Sa’di)
0 comments:
Posting Komentar