20/05/12

Kebodohan Sumber Pendustaan, Kesombongan, dan Kekufuran


 وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا لَوْ كَانَ خَيْراً مَّا سَبَقُونَا إِلَيْهِ وَإِذْ لَمْ يَهْتَدُوا بِهِ فَسَيَقُولُونَ هَذَا إِفْكٌ قَدِيمٌ ﴿١١﴾
Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: "Kalau sekiranya dia (Al Qur'an) adalah suatu yang baik, tentulah mereka (orang mukmin) tiada mendahului kami (beriman) kepadanya.” Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya maka mereka akan berkata: "Ini adalah dusta yang lama(sejak dahulu)". Q.S. Al-Ahqaaf: 11.

Mutiara Hikmah dan Faedah:
1.       Kesombongan dan ‘ujub adalah penghalang dari menerima dan tunduk kepada kebenaran.
2.       Kebodohan terhadap sesuatu berbuah pendustaan terhadap sesuatu tersebut.
3.       Sifat suka berbangga-bangga dan meremehkan orang yang lebih rendah status sosialnya mengantarkan kepada penyimpangan dan penentangan atas kebenaran.
Orang-orang kafir dari Yahudi dan Nashara merasa lebih mulia daripada orang-orang mukmin sehingga tidak mau menerima kebenaran yang datang dalam Al-Qur’an. Mereka menganggap kitab suci mereka yang tidak otentik lagi lebih baik daripada Al-Qur’an yang terjaga sampai akhir zaman.
Adapun orang-orang musyrik menghinakan dan merendahkan orang-orang mukmin yang kebanyakannya dari golongan orang-orang fakir sehingga mereka menganggap tidak mungkin orang-orang yang rendah itu lebih mengetahui kebenaran dan mendahului mereka dalam mengikuti dan mengamalkannya.
4.       Ketidaktahuan bukan ilmu yang dijadikan sandaran dalam berakidah dan berperilaku. Lihatlah bagaimana orang-orang kafir dari kalangan ahlul kitab dan musyrikin ketika tidak bisa memahami Al-Qur’an mereka menudingnya sebagai kedustaan dan menetapkan bahwa apa yang mereka yakini dan amalkan selama ini adalah kebenaran!
5.       Seseorang yang tidak mampu melakukan sesuatu terkadang mencelanya untuk menutup-nutupi kelemahan dirinya. Hal ini sangat jelas dari lisan mereka yang mendustakan kebenaran dan tidak mampu mengamalkannya baik karena kebodohan ataupun kesombongan yang berasal dari syubhat dan syahwat yang menguasai jiwa-jiwa mereka.
6.       Ibnu Katsir menerangkan dalam tafsirnya: “Adapun Ahlussunnah wal Jama’ah mengatakan dalam setiap perbuatan dan perkataan yang tidak tsabit dari para Shahabat: Itu bid’ah! Sebab sekiranya hal itu adalah suatu hal yang baik tentulah mereka benar-benar telah mendahului kita dalam mengamalkannya dikarenakan mereka tidak melihat suatu kebaikan kecuali pasti berlomba-lomba dalam mengamalkannya.”
(Sumber Rujukan: Al-Jaami’ li Ahkaamil Qur’an, Al-Qurthubi; Tafsir Al-Qur’anil Azhim, Ibnu Katsir; Zaadul Masir, Ibul Jauzi; Taisirul Karimir Rahman, As-Sa’di)

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes