16/05/12

Komparasi antara Badan dan Hati yang Berpenyakit


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah – semoga Allah merahmatinya – berkata:
Penyakit badan adalah penyelisihan kesehatannya yaitu fasad(kerusakan) yang terjadi di dalamnya, yang menyebabkan kerusakan pada pemahaman dan gerakan alaminya.
Pemahamannya(badan) itu baik akan hilang, seperti terjadi kebutaan dan tuli, atau ia memahami sesuatu yang berbeda dengan keadaan aslinya, seperti mendapati rasa manis itu sebagai pahit. Dan juga dikhayalkan kepadanya sesuatu yang tidak ada hakekatnya dalam kenyataan.
Adapun kerusakan gerakannya yang alami, semisal kekuatannya yang melemah untuk mencerna, atau membenci makanan-makanan yang dibutuhkan badan dan mencintai sesuatu yang memudharatkannya yang menghasilkan rasa sakit sesuai dengan tingkatannya.
Namun, bersamaan mengidap penyakit, badan itu tidak mati dan binasa dengannya. Sebab, terdapat jenis kekuatan sensor padanya untuk memahami gerakan yang masuk(ke tubuh) secara keseluruhan. Sehingga, dari itu muncul rasa sakit di dalam badan, baik disebabkan kerusakan jumlah atau metode.
Yang pertama (kerusakan jumlah): baik dikarenakan kekurangan zat tertentu sehingga butuh kepada makanan atau karena kelebihan sesuatu sehingga butuh untuk pengosongan.
Dan yang kedua (kerusakan metode): seperti kekuatan panas dan dingin yang keluar dari keseimbangan sehingga menjadi sakit.
Demikian pula penyakit hati, yaitu kerusakan yang terjadi padanya merusak gambaran pemahaman dan kehendaknya.
Adapun kerusakan pemahamannya, itu disebabkan syubhat yang dibentangkan di depannya sehingga ia tidak bisa melihat al-haq(kebenaran)atau melihatnya dalam bentuk yang berbeda dari hakekatnya.
Sedangkan kerusakan kehendaknya terjadi dari sisi hati itu benci kebenaran yang bermanfaat dan cinta kebatilan yang merusak.
Oleh sebab ini, “penyakit” terkadang ditafsirkan dengan syak(keraguan) dan kebimbangan, sebagaimana Mujahid dan Qatadah menafsirkan firman Allah Ta’ala:
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللّهُ مَرَضاً ﴿١٠﴾
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya. Q.S. Al-Baqarah: 10.
Yaitu: (penyakit) keraguan.
Dan terkadang ditafsirkan dengan syahwat untuk berzina sebagaimana ditafsirkan firman Allah Ta’ala:
فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ ﴿٣٢﴾
Sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya. Q.S. Al-Ahzaab: 32.
Oleh karenanya, Al-Khara’ithiy menulis kitab I’tilaalul Quluub (Penyakit Hati)yaitu penyakitnya. Dan yang ia maksud adalah penyakit  yang ditimbulkan syahwat.
Dan sakit – secara umum – melemahkan orang yang terjangkiti dengan menurunkan kekuatannya, ia tidak mampu untuk sesuatu yang bisa dilakukan seorang yang kuat.
Kesehatan itu dijaga dengan yang semisalnya dan hilang dengan lawannya. Penyakit menguat dengan sebab yang semisalnya dan hilang dengan lawannya.
Jika seorang yang sakit mendapatkan yang semisal dari sebab sakitnya, pasti bertambah sakitnya dan semakin melemahkan kekuatannya. Sampai-sampai, ia mungkin akan binasa.
Dan apabila ia mendapatkan sesuatu yang meningkatkan kekuatannya dan menghilangkan penyakit, maka (hasilnya)kebalikan (dari yang di atas).
Penyakit hati adalah suatu kepedihan yang terjadi di dalam hati, seperti kemarahan kepada musuh yang menguasaimu, sesungguhnya itu memedihkan hati. Allah Yang Maha Tinggi berfirman:
وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُّؤْمِنِينَ ﴿١٤﴾ وَيُذْهِبْ غَيْظَ قُلُوبِهِمْ ﴿١٥﴾
014. serta melegakan hati orang-orang yang beriman,
015. dan menghilangkan panas hati (kemarahan) orang-orang mukmin. Q.S. At-Taubah: 14 – 15.
Dia (Allah) menyembuhkan mereka dengan menghilangkan kepedihan yang terjadi di hati mereka. Dan sering diucapkan: Si fulan disembuhkan dari kemarahannya.
Dalam penegakan hukum qishash, terdapat penyembuhan kepada keluarga yang dibunuh. Ini adalah obat dari kesedihan, kemarahan, dan kesedihan. Dan ini seluruhnya rasa pedih yang terjadi di jiwa.
Demikian pula, keraguan dan ketidaktahuan(al-jahl) itu akan menyakiti hati. Nabi – shalallahu ‘alaihi wasallam – bersabda:
أَلَا سَأَلُوا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ
Mengapa mereka tidak bertanya jika tidak mengetahui?! Karena sesungguhnya obat dari ketidaktahuan: bertanya! (Hadits Jabir, riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah)
Dan orang yang ragu lagi bimbang dalam suatu hal, hatinya merasa sakit, sampai ia mendapatkan ilmu dan keyakinan tentangnya. Dan dikatakan tentang seorang ulama yang telah menjawab dengan seatu yang menjelaskan kebenaran: “Ia benar-benar telah menyembuhkanku dengan jawaban itu.”
Sakit itu dibawah kematian. Hati itu mati dengan ketidaktahuan total dan sakitnya terjadi dengan satu jenis dari kebodohan. Sehingga, hati itu memiliki kematian dan penyakit, hidup dan obat.
Kehidupan, kematian, sakit, dan sembuhnya hati lebih agung daripada kehidupan, kematian, sakit dan kesembuhan badan.
Oleh karenanya, penyakit hati apabila datang syubhat atau syahwat kepadanya, sakitnya menguat. Jika ia mendapatkan hikmah dan nasehat, itu bagian dari sebab kebaikan dan kesembuhannya. Allah Ta’ala berfirman:
لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِّلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ وَالْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ ﴿٥٣﴾
Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Q.S. Al-Hajj: 53.
Sebab, itu mewariskan syubhat bagi mereka. Dan kasar hatinya disebabkan kekeringannya.
Mereka itu hatinya lemah disebabkan penyakit, maka apa yang dimasukkan syaithan menjadi cobaan bagi mereka. Dan hati mereka itu keras dari iman, sehingga menjadi ujian bagi mereka.
Dan Allah Ta’ala berfirman:
لَئِن لَّمْ يَنتَهِ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ وَالْمُرْجِفُونَ فِي الْمَدِينَةِ ﴿٦٠﴾
Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu). Q.S. Al-Ahzaab: 60.
Sebagaimana firman-Nya:
وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ ﴿٣١﴾
Dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit (mengatakan), Q.S. Al-Muddatstsir: 31.
Hati mereka tidak mati seperti matinya hati-hati orang kafir dan munafik dan tidak pula hati yang sehat lagi shalih seperti kebaikan hati orang-orang beriman, bahkan didapati penyakit syubhat dan syahwat di dalamnya.
Seperti itu juga, firman-Nya:
فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ ﴿٣٢﴾
Sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya. Q.S. Al-Ahzaab: 31.
Dan ini penyakit syahwat. Sesungguhnya hati yang sehat, apabila seorang wanita dihadapkan kepadanya, ia tidak akan menoleh kepadanya.
Berbeda dengan hati yang berpenyakit syahwat, maka ia dengan kelemahannya, akan condong kepada apa yang ditawarkan kepadanya, sesuai dengan tingkat kekuatan dan kelemahan hatinya.
Sehingga, apabila mereka para wanita telah menundukkan perkataannya, hati yang berpenyakit tetap berkeinginan kepadanya.
(Amraadhul Quluub, Ibnu Taimiyyah, hal. 10 – 14)

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes