Kebaikan hati itu terjadi dengan :
- Kesempurnaan inabah[1] kepada Allah,
- Tawakkal [2] yang kokoh kepada-Nya,
- Kesempurnaan ikhlash untuk-Nya,
- Dan ia mencintai kebaikan bagi seluruh makhluk.
إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
Sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging, jika ia baik maka seluruh jasad pasti baik. Dan jika ia rusak, maka seluruh jasad akan rusak . ketahuilah dia (segumpal daging) itu : Hati.Dan hakekat (baiknya hati) itu ketika Allah memberikan kepadanya kecintaan kepada iman dan menghiasinya di dalam hatinya. Dijadikan ia benci kepada kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan. Dan Dia menjadikannya termasuk orang-orang yang terbimbing.
Maka inilah kebaikan pada batin dan lahir (seseorang). Adapun lawannya (kejelekan hati) itu dengan lawan dari yang tersebut di atas.
(Majmu’ul Fawa’id wa Iqtinaadhul Awabid, hal. 15 – 16)
[1] Ibnul Qayyim – semoga Allah merahmatinya – berkata : Hakekat Inabah : Menetapnya hati di atas ketaatan kepada Allah, mencintai-Nya, dan menghadap kepada-Nya. (Al-Fawa’id hal. 36)
[2] Ibnul Qayyim berkata : “Sesungguhnya tawakkal adalah amalan hati. Dan peribadahannya dengan bersandar kepada Allah, percaya kepada-Nya, kembali kepada-Nya, berserah diri kepada-Nya, dan ridha dengan ketentuan-Nya kepadanya. Karena, ia mengilmui pencukupan Allah Subhanahu dan kebaikan pilihan-Nya untuk hamba-Nya ketika ia pasrah kepada-Nya, bersamaan ia menegakkan sebab-sebab yang diperintahkan dan bersungguh-bersungguh dalam mendapatkannya.”
(Ar-Ruuh 1/ 254, maktabah syamilah)
0 comments:
Posting Komentar