04/02/12

Bid’ah Perayaan Maulid

Asy-Syaikh Ibnu Baz – semoga Allah merahmatinya – berkata:
“Tidak boleh untuk merayakan hari kelahiran(maulid) Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wasallam – dan tidak pula (maulid) yang selainnya, sebab itu termasuk bid’ah yang diada-adakan dalam agama. Karena, Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wasallam – tidak melakukannya, demikian juga para Khulafaur Rasyidin dan para shahabat yang lainnya – semoga Allah meridhai mereka seluruhnya – serta para tabi’in yang mengikuti mereka dengan baik pada generasi emas.
Sedangkan mereka adalah yang paling memahami sunnah, paling sempurna kecintaannya kepada Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wasallam, dan paling sempurna pengikutan terhadap syariat Beliau daripada orang-orang yang setelah mereka.
Dan telah benar berita dari Nabi – shalallahu ‘alaihi wasallam – bahwa Beliau bersabda:
(( مَنْ أحْدَثَ في أمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ ))
Siapa yang membuat-buat perkara muhdats( sesuatu yang baru) dalam urusan (agama) kami ini yang bukan bagian darinya, maka ia (amalan muhdats itu) tertolak.
(H.R. Al-Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah – semoga Allah meridhainya)
Yaitu: tidak diterima (amalan) itu darinya.

Dan Beliau – shalallahu ‘alaihi wasallam – bersabda dalam hadits yang lain:
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
Maka berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah para khalifah yang terbimbing sepeninggalku! Peganglah ia erat-erat dan gigitlah dengan gigi-gigi geraham!
Dan berhati-hatilah dari perkara-perkara muhdats (sesuatu yang baru dalam agama)! sebab sungguh setiap yang muhdats itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat.
(H.R. Abu Daud dan At-Tirmidzy,
dari Abu Najih ‘Irbadh bin Sariyyah – semoga Allah meridhainya)

Maka, di dalam dua hadits ini terdapat peringatan keras dari mengada-adakan dan mengamalkan kebid’ahan.
Dan Allah Subhanahu telah menyebutkan dalam firman-Nya:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا ﴿٧﴾
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Q.S. Al-Hasyr: 7.
Dan Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿٦٣﴾
Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan
atau ditimpa azab yang pedih. Q.S. An-Nuur: 63.
Dan Allah Subhanahu berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ
وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً ﴿٢١﴾
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah. Q.S. Al-Ahzaab: 21.

Dan Allah Ta’ala berfirman:
وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً
ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ﴿١٠٠﴾
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. Q.S. At-Taubah: 100.

Dan Allah Ta’ala berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً ﴿٣﴾
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Q.S. Al-Maaidah: 3.

Dan ayat-ayat semakna ini sangat banyak.

Dan mengada-adakan sesuatu yang baru dalam agama semisal maulid ini, dipahami darinya:
·         Bahwa Allah belum menyempurnakan agama bagi umat ini.
·         Dan bahwa Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wasallam – belum menyampaikan apa yang baik untuk diamalkan umat ini.
Sehingga (dengan dua pemahaman ini) muncul orang-orang yang terakhir, lalu mereka mengada-adakan suatu yang baru dalam syariat Allah dengan sesuatu yang Dia tidak mengijinkannya.
Mereka berprasangka: Itu termasuk hal-hal yang akan mendekatkan mereka kepada Allah.

Dan tidak diragukan, ini adalah perkara yang di dalamnya terdapat bahaya besar dan penentangan kepada Allah dan Rasul-Nya – shalallahu ‘alaihi wasallam, padahal Allah telah menyempurnakan agama dan nikmat bagi hamba-hamba-Nya.
Dan Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wasallam – telah benar-benar menyampaikan (seluruh syariat Allah) kepada umat. Beliau tidak meninggalkan suatu jalan yang mengantarkan kepada surga dan menjauhkan dari neraka kecuali telah telah menjelaskannya kepada umat, sebagaimana tsabit dalam hadits yang shahih dari Abdullah bin ‘Amr – semoga Allah meridhai keduanya -, Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wasallam – bersabda :
)) إنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبيٌّ قَبْلِي إِلاَّ كَانَ حَقّاً عَلَيْهِ أنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ ، وَيُنْذِرَهُم شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ ((
Tidak seorang nabi pun (yang diutus) sebelumku kecuali ia telah benar-benar menunjukkan kepada umatnya atas kebaikan yang ia ketahui baik untuk mereka dan memperingatkan mereka dari segala kejelekan yang ia ketahui. (H.R. Muslim)

Dan suatu yang dimaklumi, bahwa Nabi Muhammad – shalallahu ‘alaihi wasallam – sebaik-baik dan penutup dari para nabi serta yang paling sempurna dalam penyampaian dan menasehati.

Seandainya, perayaan maulid itu termasuk bagian agama (Islam) yang Allah Subhanahu meridhainya, tentu Rasul shalallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskannya kepada umat atau melaksanakannya ketika hidupnya atau para Shahabat – semoga Allah meridhai mereka – telah mengerjakannya.

Maka, ketika semua itu tidak terjadi, diketahui bahwa ia(perayaan maulid) tidak masuk sedikitpun dari bagian Islam.
Bahkan, ia termasuk perkara-perkara muhdats(sesuatu yang diada-adakan dalam agama) yang Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wasallam – telah memperingatkan umatnya darinya sebagaimana telah disebutkan dalam dua hadits yang terdahulu.

(Ar-Rasail fi Hukmil Ihtifaal bil Maulidin Nabawy, A-Rissalaatu ats-Tsaniyyah: Hukmul Ihtifaal bil Maulidin Nabawy, Abdul’Aziz bin Baz, hal. 57 – 59)


0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes