31/01/12

Kemuliaan Wanita dan Penjagaan Kehormatannya Tidak Cukup untuk Menggantikan Hijab

Kami banyak mendengar seruan-seruan yang ditujukan kepada wanita (muslimah) untuk menanggalkan hijabnya, dengan slogan:“Wanita yang mulia mampu untuk hidup diantara para lelaki dengan kemuliaannya, di dalam benteng yang kokoh, yang leher-leher (para lelaki) tidak akan mampu menjulur kepadanya”Dan sebagian wanita terperdaya dengan kalimat ini, maka apa tanggapan Anda tentang hal ini?Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin – semoga Allah merahmatinya – menjawab:“Tanggapan kami bahwa ini adalah seruan yang batil berbenturan dengan Al-Qur’an, sunnah, akal, dan sifat dasar manusia. Sesungguhnya setiap wanita yag menampakkan wajahnya, membuka tempat-tempat fitnah dalam dirinya, para lelaki –siapapun mereka – mesti terpikat dengannya. Dan ia(si wanita) pasti akan terganggu bagaimanapun ia menjaga...

Menggunakan Kaos Kaki dan Sarung Tangan ketika Keluar Rumah

Apakah wajib atas seorang wanita untuk menggunakan  kaos kaki dan sarung tangan saat keluar dari rumah atau itu hanya sunnah saja?Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin – semoga Allah merahmatinya – menjawab:“Wajib atasnya ketika keluar dari rumah untuk menutupi dua telapak tangan, kedua kaki, dan wajahnya dengan penutup apapun. Namun yang paling utama (dalam menutupi telapak tangannya) untuk ia memakai sarung tangan, sebagaimana kebiasaan dari para shahabat wanita – semoga Allah meridhai mereka – ketika keluar (rumah).Dan dalil atas hal itu, sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam – tentang (cara berpakaian) wanita yang ihram: )) لاَ تَلْبَسُ الْقُفَازَيْنِ(( Ia (wanita yang ihram) tidak mengenakan sarung tangan.Ini menunjukkan bahwa termasuk kebiasaan mereka mengenakan...

Waktu Shalat di Rumah bagi Wanita

Kapan wanita melakukan shalat di rumah, setelah adzan atau setelah iqomah?Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan – semoga Allah menjaganya – menjawab:“Jika telah masuk waktu maka boleh bagi para wanita yang di rumah untuk shalat dan tidak menunggu iqomah. Bahkan, (boleh) untuk mereka shalat ketika mendengar suara adzan – jika muadzin mengumandangkan adzan ketika telah masuk waktu shalat. Dan boleh bagi mereka untuk mengakhirkan (shalat) dari awal waktunya. Wallahu a’lam.(Fatawa Khaashshatub bil Mar’atil Muslimah, hal. ...

Bolehkah Wanita Haidh Membaca Al-Qur’an?

Apakah boleh bagi seorang wanita untuk membaca Al-Qur’an secara ghaib(dengan hafalan) ketika haidh?Dan jika ini tidak boleh maka apakah ia berdosa jika mengajarkan anak-anaknya Al-Qur’an –terlebih mereka telah masuk sekolah – ketika ia haid?Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan – semoga Allah menjaganya – menjawab:“Tidak boleh bagi seorang wanita haidh untuk membaca Al-Qur’an, tidak dari mushaf dan tidak pula dengan hafalan. Sebab ia sedang dalam hadats akbar(besar). Dan siapa yang sedang berhadats besar – seperti haidh dan junub – tidak boleh baginya membaca Al-Qur’an. Sebab,Nabi – shalallahu ‘alaihi wasallam – dahulunya tidak membaca Al-Qur’an jika sedang junub. Dan haidh adalah hadats besar semisal junub, penghalang dari membaca Al-Qur’an.Namun dalam keadaan ia takut akan lupa, jika wanita haidh...

Sifat Takbir ketika Shalat bagi Wanita

Apakah ada perbedaan antara laki-laki dan wanita dalam takbir ketika shalat?Juga dalam membaca dengan sirriyyah(pelan) dan jahriyyah(keras)?Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan – semoga Allah menjaganya – menjawab:“Takbir dalam shalat, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan wanita di dalamnya. Takbiratul ihram rukun atas laki-laki dan wanita. Dan takbir-takbir yang lain wajib bagi laki-laki dan wanita.Tidak ada perbedaan dalam hal itu. Namun, seorang wanita tidak mengangkat suaranya saat bertakbir ketika ada laki-laki yang bukan mahram.Adapun membaca dengan sirriyyah dan jahriyyah seperti itu pula, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan wanita. Shalat pada malam hari jahriyyah, pada siang hari sirriyyah.Kecuali, jika wanita mendapati laki-laki di dekatnya yang akan mendengar suaranya,...

30/01/12

Hukum Menikahi Wanita Hamil akibat Zina

الحمد لله رب العالمين، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ولي الصالحين، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم تسليما كثيرا، وبعد:Maraknya perbuatan zina telah mencarut-marut dan merobek-robek sendi-sendi akhlak kaum muslimin.Seorang muslim yang mempelajari diinnya dengan baik akan mengetahui bahwa ini bagian tanda akhir zaman sebagaimana kabar benar dari lisan Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wasallam.Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wasallam – bersabda:إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ العِلْمُ، وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ، وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ، وَيَظْهَرَ الزِّنَاSesunguhnya diantara tanda-tanda akan tegaknya Hari Kiamat:Diangkatnya ilmu, menguatnya kebodohan, diminumnya khamr, dan perbuatan zina yang  merebak. Hadits Anas riwayat Al-Bukhari dan Muslim.Dan...

29/01/12

Ikhlash VS Cinta Pujian

Al-Imam Ibnul Qayyim - semoga Allah merahmatinya - berkata:“Ikhlash tidak akan pernah bersatu di dalam hati dengan cinta pujian, sanjungan, dan tamak kepada apa yang ada pada manusia. Sebagaimana tidak akan pernah menyatu antara air dengan api dan rasa letih dengan gugusan bintang di langit.Maka, jika jiwamu berbicara kepadamu untuk ikhlash lalu ia menghadap kepada rasa tamak, maka sembelihlah ia dengan pisau al-ya’s (putus-asa). Dan (jika) ia menghadap kepada pujian dan sanjungan, maka tinggalkanlah keduanya dengan zuhudnya  orang-orang yang mencintai dunia karena akhirat.Kemudian, jika telah istiqomah penyembelihan tamak dan zuhud terhadap pujian dan sanjungan, pasti mudah atasmu berbuat ikhlash.Dan jika kamu berkata:“Dan apa yang mempermudah untuk bisa menyembelih sifat tamak dan...

Seseorang Bersama yang Ia Cintai

Dari Abu Musa a’-Asy’ariy – semoga Allah meridhainya – beliau berkata: “Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wasallam – bersabda:(( المَرْءُ مَعَ مَنْ أحَبَّ ))Seseorang bersama orang yang ia cintai (di Akhirat). H.R. Bukhari dan Muslim.Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sady – semoga Allah merahmatinya – berkata:“Hadits ini (terkandung) di dalamnya:Anjuran untuk menguatkan kecintaan kepada para rasul dan mengikuti mereka sesuai dengan tingkatan mereka. Dan (terkandung) peringatan dari mencintai musuh mereka, sebab sesungguhnya cinta itu menunjukkan ikatan yang kuat antara yang mencintai dengan yang dicintai, kecocokan dengan akhlaknya, dan meneladaninya. Sehingga ia(cinta) itu menjadi tanda adanya (hal tersebut) itu dan juga pemantik untuk (tejadinya) hal itu.Dan begitu pula, siapa yang mencintai...

27/01/12

Hati Berpenyakit

Asy-Syaikh Muhammad al-Amin Asy-Syinqithy – semoga Allah meridhainya – berkata :“Dan ketahuilah bahwa hati berpenyakit di dalam Al-Qur’an digunakan dalam dua jenis:Pertama: (hati yang terjangkiti) penyakit kemunafikan, syak (keraguan), dan kufur. Diantaranya firman Allah Ta’ala:فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللّهُ مَرَضاً ﴿١٠﴾Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya. Q.S. Al-Baqarah: 10.Dan firman-Nya di sini:لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِّلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ ﴿٥٣﴾Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit. Q.S. Al-Hajj: 53.Yaitu: kekufuran dan keraguan.Kedua: penggunaan hati berpenyakit untuk yang cenderung kepada perbuatan fahisyah(keji) dan zina. Dan...

Tiga Jenis Hati

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dy – semoga Allah merahmatinya – ia berkata:“Hati itu ada tiga: sehat-lembut, keras, dan lemah.-          Maka, (hati) yang tunduk kepada al-haq(kebenaran) dan kokoh di atasnya itulah (hati) yang kuat, lembut lagi sehat.-          Yang tunduk (kepada kebenaran) namun tidak kokoh di atasnya, itulah (hati)yang lemah.-          Dan yang tidak tunduk kepadanya secara keseluruhan, itulah hati yang keras.Wallahu a’lam.”(Majmu’ul Fawaid wa Iqtinaadhul Awabid, hal.  2...

21/01/12

Jenjang dan Tingkatan Ilmu

Ibnu Juma’ah – semoga Allah merahmatinya – berkata (Adabul Muta’allim wal ‘Alim, hal. 59):Ilmu itu tiga jengkal:Siapa yang masuk jengkal pertama, ia akan takbbur(sombong).Dan siapa yang masuk jengkal kedua, ia akan tawadhu’ (rendah hati).Dan yang masuk ke jengkal ketiga, ia tahu bahwa ia tidak tahu(tidak berilmu). Dan Ibnul qayyim – semoga Allah merahmatinya – berkata (Miftaahud Daaris sa’adah):Ilmu itu memiliki enam tingkatan:Yang pertama: baik dalam bertanya.Kedua: diam (mendengarkan ilmu) dengan baik.Ketiga: pemahaman yang baik.Keempat: menghafal.Kelima: mengajarkan.Keenam – dan ini buahnya - : mengamalkan dan menjaga batasan-batasannya (ilmu).(Muntaqol Fawaid, al-Hasyidiy, hal. 17 – ...

20/01/12

Mengajarkan Ilmu di Rumah

Ibnul Hajj – semoga Allah merahmatinya – berkata (Al-Madkhal 1/ 209):“  Selayaknya bagi penuntut ilmu untuk merindukan bagi keluarganya apa-apa yang mereka butuhkan, sebab ia mengajarkan orang-orang yang selain mereka mencari pahala dari membimbing mereka. Maka, orang-orang dekatnya dan yang di bawah pengawasannya lebih utama (untuk mendapat pengajaran). Karena, mereka berada di bawah kepemimpinannya dan orang-orang dekatnya, sebagaimana telah lewat hadits:(( كُلُّكُمْ رَاعٍ ...))Masing-masing kalian adalah pemimpin. Al-Hadits.Maka, hendaknya ia memberi bagian mereka, bersegera mengajarkan hal yang paling utama dalam agama, kali pertama, yang paling bermanfaat dan paling mulia. Ia ajarkan kepada mereka tentang iman dan Islam. Dan terus memperbarui (mengulang) ilmu itu atas mereka walaupun...

14/01/12

Kunci Sukses Menuntut Ilmu

Al-Imam asy-Syafi’i – semoga Allah merahmatinya – berkata:“Tidaklah seseorang menuntut ilmu dengan kekuasaan dan pemuliaan diri(jiwa) kemudian ia akan berhasil.Akan tetapi, yang mencarinya (ilmu) dengan jiwa yang hina, kehidupan yang sempit, melayani ilmu, dan jiwa yang rendah hati – dia pasti berhasil.”(Muntaqol Fawa’id, Faishal al-Hasyidiy, hal. ...

Ilmu itu Bukan Umbar Kata-kata

Adz-Dzahabi – semoga Allah merahmatinya – berkata ketika menyebutkan biografi Utsman Ad-Darimy (Siyar A’lamin Nubala’, 13/ 323):“Sesungguhnya ilmu itu bukan banyaknya periwayatan namun ia adalah cahaya yang Allah masukkan ke dalam hati. Dan syaratnya (untuk masuk ke dalam hati): Ittiba’ dan lari dari hawa nafsu serta kebid’ahan.”Ibnu Rajab – semoga Allah merahmatinya – berkata (Bayanu fadhli ‘ilmis salaf ‘ala ‘ilmil khalaf, hal 57 – 58):“Dan kebanyakan orang-orang yang datang terakhir telah terfitnah dengan ini. Mereka berprasangka bahwa yang banyak perkataan, debat, dan argumennya dalam permasalahan-permasalahan agama, maka ia yang lebih berilmu daripada yang tidak demikian itu.Ini suatu kebodohan semata.Lihatlah kepada pembesar-pembesar dan ulama-ulama dari kalangan Shahabat seperti: Abu...

Kebebasan Berpikir dalam Timbangan Syariat

Kami mendengar dan membaca kalimat “kebebasan berfikir” dan selainnya dari kalimat-kalimat menyesatkan di sebagian koran atau majalah. Dan itu merupakan seruan kepada kebebasan dalam berakidah.Lalu, apa tanggapan anda tentangnya?Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin – semoga Allah merahmatinya – berkata:Tanggapan kami atasnya: bahwa yang membolehkan bagi seseorang bebas berakidah, meyakini agama-agama apa yang ia kehendaki, maka ia telah kafir.Sebab, setiap yang berkeyakinan bahwa seseorang boleh untuk mengambil agama selain agama (yang dibawa) Muhammad – shalallahu ‘alaihi wasallam -, diminta taubatnya. Jika bertaubat (maka ia bebas), jika tidak maka wajib membunuhnya.Dan agama itu bukan kumpulan pemikiran namun ia adalah wahyu dari Allah ‘Azza wa Jalla yang Dia turunkan kepada rasul-rasul-Nya...

Merdeka atau Diperbudak?

Apa hukum perkataan seseorang “Saya bebas merdeka”?Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin – semoga Allah merahmatinya – berkata:“Jika orang yang berkata itu seorang yang merdeka dan ia memaksudkan bahwa ia bebas dari perbudakan/ hamba sahaya, maka ya (benar) dia bebas dari perbudakan makhluk.Adapun jika yang ia inginkan bahwa ia merdeka dari ‘ubudiyah (penghambaan) kepada Allah ‘Azza wa Jalla, maka benar-benar jelek pemahamannya tentang makna penghambaan dan tidak mengetahui makna kebebasan. Sebab, penghambaan kepada selain Allah itulah perbudakan.Adapun penghambaan seseorang kepada Rabbnya ‘Azza wa Jalla itulah kebebasan.Hingga,  sesungguhnya jika ia tidak menghinakan diri kepada Allah, pasti ia menghinakan diri kepada selain-Nya. Sehingga, disini ia telah memperdaya  dirinya...

08/01/12

Hukum Shalat di Belakang musyrik atau fasik?

Apakah sah shalat di belakang seorang imam yang beristighatsah kepada orang-orang yang telah mati dan memohon bantuan kepada mereka?Dan bagaimana dengan seseorang yang berdusta dan sengaja berdusta serta suka mengganggu orang-orang shalih, sedang ia mengimami orang-orang. Apakah ia dikedepankan (untuk mengimami) di dalam shalat jika terkenal dengan kedustaan dan kefasikan?Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan menjawab:Tidak sah shalat di belakang seorang  pelaku kesyirikan syirik akbar(besar) yang mengeluarkannya dari agama.Berdoa kepada orang-orang yang telah mati dan beristighatsah kepada mereka, ini syirik akbar mengeluarkan (pelakunya) dari agama(Islam).Maka, orang ini bukan muslim. Tidak sah shalat itu bagi dirinya dan tidak pula bagi yang shalat di belakangnya.Tidak lain, dipersyaratkan...

01/01/12

Amalan itu Rukun dan Bagian di dalam Iman atau Syarat Penyempurna ?

Apakah amalan-amalan itu rukun dan bagian di dalam iman atau ia syarat penyempurna  di dalamnya?Asy-Syaikh Abdul  Aziz Ar-Rajihy – semoga Allah menjaganya – berkata:“Iman itu perkataan dengan lisan dan perkataan dengan hati, amalan dengan hati dan dengan anggota badan sebagaimana terdahulu.Dan tidak dikatakan: ia (amalan-amalan itu) syarat kesempurnaan atau ia keluar (bukan bagian) dari iman atau ia suatu keharusan dari kelaziman-kelaziman iman atau konsekuensi (tuntutan) dari iman atau ia (amalan-amalan) itu dalil/ bukti atas iman; ini seluruhnya datang dari murji’ah.”(As’ilah wa Ajwibah fil iman wal kufri, Ar-Rajihy, hal 14 – ...

Kemudahan setelah Kesulitan

 Allah Ta’ala berfirman: فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً ﴿٥﴾ إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً ﴿٦﴾005. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,006. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Q.S. Al-Insyiraah : 5 – 6. Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin – semoga Allah merahmatinya berkata - :“Ini kabar gembira dari Allah Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi kepada Rasul – shalallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam – dan kepada seluruh umatnya.Dan kesulitan terjadi pada Rasulullah – ‘alaihish shalatu wassalam – ketika di Makkah dan di Tha’if. Demikian pula ketika di Madinah dari orang-orang-orang munafik.Maka Allah berfirman:فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً ﴿٥﴾005. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,Yaitu: Sebagaimana Kami telah melapangkan untukmu...
Page 1 of 3312345Next
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes