29/01/12

Ikhlash VS Cinta Pujian


Al-Imam Ibnul Qayyim - semoga Allah merahmatinya - berkata:
“Ikhlash tidak akan pernah bersatu di dalam hati dengan cinta pujian, sanjungan, dan tamak kepada apa yang ada pada manusia. Sebagaimana tidak akan pernah menyatu antara air dengan api dan rasa letih dengan gugusan bintang di langit.
Maka, jika jiwamu berbicara kepadamu untuk ikhlash lalu ia menghadap kepada rasa tamak, maka sembelihlah ia dengan pisau al-ya’s (putus-asa). Dan (jika) ia menghadap kepada pujian dan sanjungan, maka tinggalkanlah keduanya dengan zuhudnya  orang-orang yang mencintai dunia karena akhirat.
Kemudian, jika telah istiqomah penyembelihan tamak dan zuhud terhadap pujian dan sanjungan, pasti mudah atasmu berbuat ikhlash.
Dan jika kamu berkata:
“Dan apa yang mempermudah untuk bisa menyembelih sifat tamak dan cinta pujian serta sanjungan?!”
Aku jawab:
·         Adapun menyembelih sifat tamak, maka yang akan mempermudahmu:
ilmumu yang yakin bahwa tidak ada sesuatu yang ditamaki kecuali ia berada di tangan Allah semata, perbendaharaan-perbendaharaan-Nya tidak ada yang memilikinya selain Dia. Dan tidak seorang hamba pun diberi sesuatu darinya kecuali Dia(pemberinya).
·         Adapun zuhud (meninggalkan) terhadap pujian dan sanjungan, akan mempermudahmu: ilmumu bahwa tidak seorangpun yang pujiannya memberi manfaat dan memperindah, tidak pula celaan yang memudharatkan dan memperjelek, kecuali (pujian dan celaan) Allah semata. 
Sebagaimana seorang Arab pedalaman berkata kepada Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wasallam : “Sungguh pujianku itu baik, celaanku itu jelek.” Maka beliau bersabda:
ذَاكَ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ
Itu adalah Allah ‘Azza wa Jalla.
Sebab itu, tinggalkanlah pujian dari seseorang yang pujiannya tidak memperindah keadaanmu, dan celaan seseorang yang celaannya tidak menjelekkanmu.
Dan cintailah pujian dari yang setiap keindahan itu ada dalam pujian-Nya, dan seluruh yang jelek terdapat pada celaan-Nya.
Dan ia tidak akan mampu untuk itu kecuali dengan kesabaran dan keyakinan.
Lalu, ketika kamu kehilangan rasa sabar dan yakin, kamu akan seperti seseorang yang ingin bepergian mengarungi lautan tanpa kendaraan.
Allah Ta’ala berfirman:
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَا يَسْتَخِفَّنَّكَ الَّذِينَ لَا يُوقِنُونَ ﴿٦٠﴾
Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu. Q.S. Ar-Ruum: 60.
Dan Allah Ta’ala berfirman:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ ﴿٢٤﴾
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. Q.S. As-Sajdah: 24.”
(Al-Fawaa’id, Ibnul Qayyim, hal. 187 – 188)

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes