31/01/12

Bolehkah Wanita Haidh Membaca Al-Qur’an?

Apakah boleh bagi seorang wanita untuk membaca Al-Qur’an secara ghaib(dengan hafalan) ketika haidh?
Dan jika ini tidak boleh maka apakah ia berdosa jika mengajarkan anak-anaknya Al-Qur’an –terlebih mereka telah masuk sekolah – ketika ia haid?
Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan – semoga Allah menjaganya – menjawab:
“Tidak boleh bagi seorang wanita haidh untuk membaca Al-Qur’an, tidak dari mushaf dan tidak pula dengan hafalan. Sebab ia sedang dalam hadats akbar(besar).
Dan siapa yang sedang berhadats besar – seperti haidh dan junub – tidak boleh baginya membaca Al-Qur’an. Sebab,Nabi – shalallahu ‘alaihi wasallam – dahulunya tidak membaca Al-Qur’an jika sedang junub.
Dan haidh adalah hadats besar semisal junub, penghalang dari membaca Al-Qur’an.
Namun dalam keadaan ia takut akan lupa, jika wanita haidh telah hafal banyak surat-surat Al-Qur’an, atau ia sedang menghafal Al-Qur’an dan khawatir apabila tidak membacanya maka ia akan lupa – sebab masa haidh (terkadang) panjang sehingga ia akan lupa dari apa yang ia telah hafal dari Al-Qur’an.
Dalam keadaan seperti ini, tidak mengapa untuk ia membaca sebab ini termasuk perkara darurat yang seandainya ia meninggalkan membaca Al-Qur’an, ia akan lupa.
Demikian juga seorang pelajar wanita (siswi/ santriwati), jika datang waktu ujian dalam mata pelajaran (hafalan) Al-Qur’an sedangkan ia sedang haidh dan panjang waktu haidhnya serta tidak mungkin untuk ia melaksanakan ujian setelah selesai haidnya, maka tidak apa-apa untuk membacanya untuk menghadapi ujian.
Sebab, seandainya dia meninggalkannya,benar-benar ujian akan luput darinya dan ia akan gagal dalam pelajaran Al-Qur’an. Dan ini memudharatkannya.
Sehingga dalam kondisi ini, boleh bagi pelajar wanita/ siswi/  santriwati untuk membaca Al-Qur’an dalam rangka menghadapi ujian, dengan hafalan dan melihat dari mushaf.
Namun, dengan syarat tidak menyentuhnya kecuali dari balik pembatas.
Adapun seorang wanita yang haidh membaca Al-Qur’an untuk mengajar, maka ini tidak boleh karena bukan permasalahan darurat. Wallahu a’lam.
(Fatawa Khashshsatun bil Mar’atil Muslimah, Al-Fauzan, hal. 30 – 31)

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes