11/12/11

Mengapa Doa itu Seluruhnya Ibadah?

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dy – semoga Allah merahmatinya – berkata :

"Sabda Nabi – shalallahu ‘alaihi wasallam : “Doa itu otak ibadah” atau “Doa itu seluruhnya ibadah”, tidak lain yang demikian itu dikarenakan beberapa hal, diantaranya :

-          Bahwa doa di dalamnya terdapat sikap merendah kepada Allah, menampakkan kelemahan dan kebutuhan (hamba) kepada Allah.

-          Bahwa ibadah setiap kali hati lebih khusyu’ dan pikiran hadir padanya, maka ia lebih utama dan lebih sempurna. Dan doa merupakan ibadah yang paling dekat untuk mendapat tujuan  ini karena hajat  seorang hamba membawanya kepada kekhusyukan dan kehadiran hati.

-          Bahwa doa mengharuskan untuk tawakkal dan isti’anah (memohon pertolongan) kepada Allah. Sesungguhnya tawakkal itu adalah penyandaran hati kepada Allah dan percaya kepada-Nya untuk meraih hal-hal yang dicintai dan berlindung dari hal-hal yang dibenci.

Dan doa akan memperkuatnya(tawakkal), bahkan mengungkapkan dan memperjelas (tawakkal)dengannya. Karena, seorang yang berdoa mengetahui kebutuhannya yang sempurna kepada Allah. (dan ia mengetahui) bahwa kebutuhannya itu di tangan Allah dan ia memintanya kepada Rabbnya dengan pengharapan dan percaya kepada-Nya. Dan inilah nyawa dari ibadah.

-          Bahwa seorang yang berdoa ketika memohon kepada Allah untuk suatu kemasalahatan dan yang bermanfaat baginya serta meminta kebutuhan-kebutuhannya kepada Allah; mungkin seseorang menduga bahwa itu adalah tujuan(dari doa) dan jika telah didapat apa yang ia berdoa kepadanya, maka ia telah meraih tujuan (doa). Dan seandainya belum berhasil maka usahanya telah sia-sia. Ini adalah dugaan yang keliru.

Maka, Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wasallam – mengabarkan bahwa ia(doa) itu adalah ibadah, baik yang diminta hamba itu dikabulkan atau tidak, sesungguhnya ia telah melakukan suatu ibadah kepada Allah dengan berdoa kepada-Nya sebagaimana jika ia shalat atau membaca (Al-Qur’an) atau berdzikir kepada Allah.

Jika ia mendapatkan bersama dengan ibadah ini – yang ia (ibadah) adalah tujuan utama (berdoa) – apa yang ia inginkan, jikapun tidak maka ia telah memperoleh dan mendapatkan ibadah kepada Rabb-Nya.

Termasuk dari nikmat Allah atas seorang hamba untuk Dia memerintahkannya berdoa, memenuhi hajat dan kebutuhan mendesak dengan memohon kepada Allah untuk ia mendapatkan ibadah yang agung ini.

Sehingga, sebagian salaf berkata : “ Sesungguhnya jika aku memiliki suatu hajat kepada Allah lalu aku berdoa kepadanya, kemudian ia bukakan kepadaku kelezatan bermunajat kepada-Nya, aku tidak berangan-angan bersamanya bahwa kebutuhanku tidak dipenuhi, karena aku takut jiwaku berpaling dari munajat dan ibadah (doa) ini (kepada angan-angan mendapatkan kebutuhanku).”

Dan sebagian yang lain berkata: “Sungguh benar-benar engkau diberkahi dalam suatu kebutuhan yang engkau telah memperbanyak dari mengetuk pintu Sayyid(Tuhan)mu.”

(Majmu’ul Fawaid wa Iqtinadhul Awaabid, hal 45 – 46)

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes